#: locale=en
## Tour
### Description
### Title
tour.name = Museum Zoologi ITB
## Skin
### Button
Button_0CB372E0_2D30_3291_41A6_41AFFABB9048.label = lorem ipsum
Button_1A8BF8C5_99D7_0BA8_41C6_DA65A7C3AB1C.label = Hubungi Kami
Button_1B998D00_16C4_0505_41AD_67CAA4AAEFE0.label = MUSEUM INFO
Button_1B998D00_16C4_0505_41AD_67CAA4AAEFE0_mobile.label = MUSEUM INFO
Button_1B999D00_16C4_0505_41AB_D0C2E7857448.label = AREA LIST
Button_1B999D00_16C4_0505_41AB_D0C2E7857448_mobile.label = AREA LIST
Button_1B9A3D00_16C4_0505_41B2_6830155B7D52.label = REALTOR
Button_1B9A3D00_16C4_0505_41B2_6830155B7D52_mobile.label = REALTOR
Button_1B9A4D00_16C4_0505_4193_E0EA69B0CBB0.label = FLOORPLAN
Button_1B9A4D00_16C4_0505_4193_E0EA69B0CBB0_mobile.label = FLOORPLAN
Button_1B9A5D00_16C4_0505_41B0_D18F25F377C4.label = PHOTOALBUM
Button_1B9A5D00_16C4_0505_41B0_D18F25F377C4_mobile.label = PHOTOALBUM
Button_1B9A6D00_16C4_0505_4197_F2108627CC98.label = LOKASI
Button_1B9A6D00_16C4_0505_4197_F2108627CC98_mobile.label = LOKASI
Button_221B5648_0C06_E5FD_4198_40C786948FF0.label = Kunjungi Situs Kami
Button_221B5648_0C06_E5FD_4198_40C786948FF0_mobile.label = Kunjungi Situs Kami
Button_33047D05_2D50_3793_41C5_90284055FFEB.label = lorem ipsum
Button_3907E74C_7E3F_CF67_41D5_413525B8483A.label = lorem ipsum
Button_390EE769_7E3F_CF21_41D5_7B3F9BB05086.label = lorem ipsum
Button_3FE3675B_9EE9_0558_41DB_3B6B1BDAFE5C.label = lorem ipsum
Button_3FE6074A_9EE9_06B8_41D8_6AFC55A1F180.label = lorem ipsum
Button_3FFD2732_9EE9_06E8_41D2_3F0839D1E6FC.label = lorem ipsum
Button_90B485DA_81C5_D6EF_41CC_1D0E02EA332D.label = lorem ipsum
Button_90B755EA_81C5_D6AF_41CF_6DF80E79A4A9.label = lorem ipsum
Button_92B8FF52_81C5_53FF_41B4_02CE549F3906.label = lorem ipsum
Button_92E96F3F_81C5_53A5_418E_A5CD0C37822A.label = lorem ipsum
Button_92F06D68_83D7_6A0C_41C6_4A3C6F17F17C.label = Kunjungi Situs Kami
Button_92F06D68_83D7_6A0C_41C6_4A3C6F17F17C_mobile.label = Kunjungi Situs Kami
Button_9444D73C_8245_53AB_41A3_35A09ECF6FC2.label = lorem ipsum
Button_944B875F_8245_53E5_41E0_11D7AAE74D67.label = lorem ipsum
Button_95618B5A_81DB_53EF_41CA_12C40228B04E.label = lorem ipsum
Button_9575DB76_81DB_53A7_41DA_FEB305B91EA6.label = lorem ipsum
Button_9757A5D7_8198_9AC2_41D7_D76EFB4963C8.label = lorem ipsum
Button_98AC6B16_82DC_B367_41CC_071E5E98E26E.label = lorem ipsum
Button_9A256862_82DD_5DDF_41CE_5C5050676A80.label = lorem ipsum
Button_B18E5837_825D_FDA5_41CE_2C3CC100F4DD.label = lorem ipsum
Button_B1B5F821_825D_FD5D_41C1_FA631BDFBA34.label = lorem ipsum
Button_B7B09BC1_82C4_B2DD_41DF_CC84D522C2B5.label = lorem ipsum
Button_B7B14BB0_82C4_B2BB_41B1_BC380CC016D7.label = lorem ipsum
Button_B7B44BD2_82C4_B2FF_41DC_741536304E0C.label = lorem ipsum
Button_B7B67BE2_82C4_B2DF_41C1_D8DC6D7D9401.label = lorem ipsum
Button_C78C4000_8659_1AA8_41DE_98C706DB0D60.label = Hubungi Kami
Button_CA2BACC0_81C5_D6DB_41D7_DCDD7EFE7F14.label = lorem ipsum
Button_CA316C98_81C5_D56B_41D2_2882E0DD7068.label = lorem ipsum
Button_CA35ECAC_81C5_D6AB_41C8_B16B2CE7CCF1.label = lorem ipsum
Button_CA399C6F_81C5_D5A5_41D0_D9D5AFAEDF08.label = lorem ipsum
Button_CA3C2C85_81C5_D565_41C3_BC2EDA4F7690.label = lorem ipsum
Button_CD131F85_9444_6345_41B4_E0BBBB6EE829.label = Hubungi Kami
Button_CFDA1BAB_865F_0DF8_41C2_927EA692D1C7.label = Hubungi Kami
Button_D2DC5FB2_9447_E35F_41D2_E3CE747508DE.label = lorem ipsum
Button_D46DC676_81C4_D5A7_41E0_1B3AAD8B4DFA.label = Hubungi Kami
Button_D5E9B7BB_81DC_D2AD_41AB_D9F56D6EF18B.label = lorem ipsum
Button_D5EDA78C_81DC_D36B_41DB_CAA09691CE25.label = lorem ipsum
Button_D5EED751_81DC_D3FD_41D9_291AF206E7E9.label = lorem ipsum
Button_E552C47B_9AA9_FB58_41D6_D68065F6A550.label = lorem ipsum
Button_E572286A_8645_7DAF_41C4_94AF88E6DCE8.label = Hubungi Kami
Button_E57AE1A1_8A58_FDE8_41C1_46AFA1A55539.label = lorem ipsum
Button_EBD81014_8AAB_1AA8_41E0_20FF497785DB.label = lorem ipsum
Button_ECE87734_8BD9_06E8_41CD_112EE34F1E8B.label = lorem ipsum
Button_ED1D4B56_867B_F3E7_41CF_6226228EC94A.label = lorem ipsum
Button_ED1F2B45_867B_F3E5_419E_AD6D9F92C70F.label = lorem ipsum
Button_EDA6D324_8BDF_1EE8_41DA_D7B6EAF7057A.label = lorem ipsum
Button_EE5A8F8E_8BD9_05B8_41E0_CB34B70601F0.label = lorem ipsum
Button_EF54BA69_8644_BDAD_41BC_551F5DED6B84.label = Hubungi Kami
Button_F5403ED2_944C_22DF_41DA_79AAF2189AD8.label = lorem ipsum
Button_F84B6F8F_86CC_D365_41C4_B25367382321.label = Hubungi Kami
Button_F9CFFC8A_86CD_B56F_41DF_07B52E4F5E89.label = Hubungi Kami
Button_FBEE6935_EB92_AAF9_41E5_E9E3E62327DD.label = Hubungi Kami
Button_FD33C5F5_9AE9_056B_41CE_6D4033531B85.label = lorem ipsum
Button_FF486B6E_9AE9_0D78_41D9_203C47758BF7.label = lorem ipsum
### Multiline Text
HTMLText_0B4CD71B_228B_467B_419D_004E2DC0F660_mobile.html =
___
Burung Surga
Bird of Paradise
[ID] Burung cendrawasih (Famili Paradisaeidae) merupakan burung yang sangat indah. Burung ini memiliki dimorfisme seksual dimana betina memiliki bulu yang monoton dan tidak mencolok (biasanya berwarna coklat dengan perut lurik atau hitam polos) dan cenderung tidak memiliki modifikasi. Selain itu perilakunya pun normal seperti burung pada umumnya. Hal ini berbanding terbalik dengan individu jantan pada setiap spesies. Burung cendrawasih jantan biasanya “bebas berekspresi” dari segi warna dan modifikasi bulu. Selain itu, perilaku individu jantan tiap spesies juga memiliki keunikan tersendiri. Dengan keindahan bulu yang berwarna-warni, ditambah modifikasi bulu yang bermacam-macam seperti bulu yang menyerupai kipas hingga kawat melingkar, serta perilaku yang unik seperti tarian ritual dan nyanyian merdu membuat kelompok burung ini dinamakan burung surga. Hal ini semata-mata dilakukan untuk memikat individu betina dan bereproduksi untuk kelangsungan hidup tiap spesies burung tersebut. “Kebebasan berekspresi” ini salah satunya dipengaruhi oleh minimnya predator besar di Indonesia Timur, sehingga individu jantan tidak perlu khawatir terlihat mencolok karena warnanya yang kontras ataupun diterkam oleh predator pada saat melakukan tarian ritual untuk memikat betina. Untuk menjaga keindahan dan kelestariannya, sebagian besar spesies burung cendrawasih telah dilindungi di Indonesia.
[EN] Birds of paradise (Family Paradisaeidae) are very beautiful. These birds have sexual dimorphism in which the female has monotone and inconspicuous feathers (usually brown with a striated belly or plain black) and tends have no morphological modification. Besides that, their behavior is normal like other birds in general, which is very contrast to the individual male in each species. Male birds of paradise usually have more "freedom of expression" in terms of color and feather modification. In addition, their behavior is unique. With the beauty of colorful feathers, plus various feather modifications such as feathers that resemble fans to coiled wires, as well as unique behaviors such as ritual dances and melodious songs, this bird conspicuous group is called the bird of paradise. This is solely done to attract individual females and reproduce for the survival of their species. This "freedom of expression" is influenced by the lack of large predators in Eastern Indonesian natural habitats, so that male individuals do not have to worry about being visible because of their contrasting colors or being attacked by predators when performing ritual dances to attract females. To maintain its beauty and sustainability, most birds of paradise species have been protected in Indonesia.
HTMLText_0CB202DE_2D30_32B1_41BE_D0C65D16AFF0.html = ___
Koleksi Tengkorak
Skull Collection
[ID] Museum Zoologi ITB memiliki koleksi tengkorak hewan dari berbagai spesies. Selain tengkorak babi rusa (Babyrousa babyrussa) ini, tengkorak beberapa jenis babi, bayi gajah, banteng, harimau sumatera, kuda nil, hingga buaya muara juga terdapat di museum ini.
[EN] Museum Zoologi ITB has skull collections from different species of animals. Besides from babi rusa (Babyrousa babyrussa), skulls from other species of pigs, baby elephant, banteng, sumatran tiger, hippopotamus and saltwater crocodile can also be found here.
HTMLText_18338BCC_34F0_1291_4190_04463F3C0BB1_mobile.html = ___
Koleksi Tengkorak
Skull Collections
[ID] Museum Zoologi ITB memiliki koleksi tengkorak hewan dari berbagai spesies. Selain tengkorak babi rusa (Babyrousa babyrussa) ini, tengkorak beberapa jenis babi, bayi gajah, banteng, harimau sumatera, kuda nil, hingga buaya muara juga terdapat di museum ini.
[EN] Museum Zoologi ITB has skull collections from different species of animals. Besides from babi rusa (Babyrousa babyrussa), skulls from other species of pigs, baby elephant, banteng, sumatran tiger, hippopotamus and saltwater crocodile can also be found here.
HTMLText_1A7C00CB_34F0_2E97_41A7_0FDC0C5E30CF_mobile.html = ___
Dari Mereka, untuk Mereka
From Them, for Them
[ID] Koleksi museum bisa didapatkan dari area sekitar gedung museum. Kelelawar buah (Cynopterus brachyotis) ini ditemukan mati di jalan kampus oleh seorang mahasiswa pada tahun 2017. Setelah itu, dia menyerahkan spesimennya ke museum untuk diawetkan. Saat ini, koleksi ini dijadikan juga sebagai bahan praktikum mahasiswa.
[EN] Museum collection can be collected from its surrounding area of the museum building. This fruit bat (Cynopterus brachyotis) was found dead inside campus area by a student in 2017 which then submitted the specimen to the museum to be preserved. Now, this collection can be used as practice material for other students.
HTMLText_1A8DD8B9_99D7_0BD8_41E0_0446D3C29E63.html = ___
Ayam Hutan Merah
The Red Junglefowl
[ID] Siapa sangka ayam yang kita kenal saat ini, baik sebagai hewan peliharaan maupun sebagai bahan makanan, berasal dari ayam hutan merah (Gallus gallus). Proses domestikasi yang dilakukan oleh manusia pada jaman dahulu telah berhasil mengubah perilaku ayam hutan yang liar menjadi lebih jinak dan bisa dipelihara sebagai ayam budidaya. Proses domestikasi dapat memakan waktu ratusan bahkan ribuan tahun hingga spesies liar yang diperkirakan memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan manusia dapat dimanfaatkan.
[EN] Who would have thought that the chickens we know today, both as pets and as food ingredients, came from the red junglefowl (Gallus gallus). The domestication process carried out by humans in ancient times has succeeded in changing the behavior of wild fowl to be tamer and can be kept as domestic chickens. The domestication process can take hundreds or even thousands of years until wild species that are thought to have the potential to meet human needs can be exploited.
HTMLText_1B333C8B_99A9_0BB8_41B1_B7918FF4BFF6_mobile.html = ___
Ayam Hutan Merah
The Red Junglefowl
[ID] Siapa sangka ayam yang kita kenal saat ini, baik sebagai hewan peliharaan maupun sebagai bahan makanan, berasal dari ayam hutan merah (Gallus gallus). Proses domestikasi yang dilakukan oleh manusia pada jaman dahulu telah berhasil mengubah perilaku ayam hutan yang liar menjadi lebih jinak dan bisa dipelihara sebagai ayam budidaya. Proses domestikasi dapat memakan waktu ratusan bahkan ribuan tahun hingga spesies liar yang diperkirakan memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan manusia dapat dimanfaatkan.
[EN] Who would have thought that the chickens we know today, both as pets and as food ingredients, came from the red junglefowl (Gallus gallus). The domestication process carried out by humans in ancient times has succeeded in changing the behavior of wild fowl to be tamer and can be kept as domestic chickens. The domestication process can take hundreds or even thousands of years until wild species that are thought to have the potential to meet human needs can be exploited.
HTMLText_221B6648_0C06_E5FD_41A0_77851DC2C548.html = ___
Museum Zoologi ITB
Jl. Let. Jend. Purn. Dr. (HC) Mashudi No.1, Kec. Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat 45363
Akses Transportasi
Pesawat
Pengunjung dapat mengunjungi museum dengan pesawat melalui Bandara Internasional Husein Sastranegara di Bandung, untuk kemudian dilanjutkan dengan kendaraan sewaan atau kendaraan umum tujuan Jatinangor
Kereta Api
Pengunjung dapat mengunjungi museum dengan kereta api tujuan Stasiun Bandung/ Stasiun Kiaracondong (lihat jadwal dan rute disini). Setelah itu perjalanan dapat dilanjutkan dengan kereta api lokal Bandung Raya tujuan Stasiun Rancaekek. Perjalanan dapat dilanjutkan menggunakan angkot dengan rute Majalaya – Gedebage atau ojek menuju Kampus ITB Jatinangor
Bus Antar Kota
Pengunjung dapat mengunjungi museum dengan menggunakan bus umum AKAP/AKDP yang melalui jalan nasional 5 Bandung – Cirebon (Jatinangor). Bus umum AKAP/AKDP yang melalui Cileunyi dapat dilanjutkan dengan angkot atau ojek menuju Jatinangor
Mobil Pribadi
Pengunjung dapat mengunjungi museum dengan menggunakan mobil pribadi melalui jalan tol (Keluar gerbang tol Cileunyi) atau jalan nasional 5 Bandung – Cirebon yang melalui Jatinangor. Mobil bisa masuk melalui gerbang Gedung Kehutanan Labtek VA di Jalan Kiara Payung
Kendaraan Umum Lokal
Bus: Pengunjung dapat menggunakan Bus DAMRI yang melalui Jatinangor (Kebon Kalapa – Tanjungsari; Dipati Ukur – Jatinangor; Elang – Jatinangor) atau menggunakan Bus Bhinneka “Explore” (Cimahi – Jatinangor).
Angkot: Pengunjung dapat menggunakan angkot yang melewati Jatinangor (Majalaya – Gedebage; Cileunyi – Sumedang)
Pengunjung disarankan untuk turun di depan Mesjid Al-Jabbar ITB Jatinangor setelah menggunakan kendaraan umum lokal
Jalan Kaki
Pengunjung dapat berjalan kaki dari gerbang utama ITB melalui danau buatan menuju Labtek VA, Gedung Kehutanan. Gedung museum berada di sebrang Labtek VA, di depan area parkir
Pengunjung dapat berjalan kearah utara setelah turun dari bus atau angkot di depan mesjid Al-Jabbar ITB Jatinangor. Gedung museum tepat berada di sebelah mesjid
___________
Waktu Kunjungan
Jadwal reguler
Hari kerja: Senin – Jum’at (kecuali hari libur)
Jam kerja: 08.00 – 16.00 WIB
Jam istirahat: 11.45 – 13.00 WIB (kecuali Jum’at sampai 13.30 WIB)
Jadwal Bulan Ramadhan
Jam 08.00 – 14.00 WIB (istirahat jam 11.45 – 13.00 WIB)
Kunjungan tidak dilayani pada Hari Sabtu dan Minggu
Biaya Kunjungan
Kunjungan tidak dipungut biaya (gratis)
Kunjungan Kelompok
Kunjungan kelompok bisa dilakukan dengan melakukan komunikasi terlebih dahulu kepada Kurator Museum Zoologi.
HTMLText_221B6648_0C06_E5FD_41A0_77851DC2C548_mobile.html = ___
Museum Zoologi ITB
Jl. Let. Jend. Purn. Dr. (HC) Mashudi No.1, Kec. Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat 45363
Akses Transportasi
Pesawat
Pengunjung dapat mengunjungi museum dengan pesawat melalui Bandara Internasional Husein Sastranegara di Bandung, untuk kemudian dilanjutkan dengan kendaraan sewaan atau kendaraan umum tujuan Jatinangor
Kereta Api
Pengunjung dapat mengunjungi museum dengan kereta api tujuan Stasiun Bandung/ Stasiun Kiaracondong (lihat jadwal dan rute disini). Setelah itu perjalanan dapat dilanjutkan dengan kereta api lokal Bandung Raya tujuan Stasiun Rancaekek. Perjalanan dapat dilanjutkan menggunakan angkot dengan rute Majalaya – Gedebage atau ojek menuju Kampus ITB Jatinangor
Bus Antar Kota
Pengunjung dapat mengunjungi museum dengan menggunakan bus umum AKAP/AKDP yang melalui jalan nasional 5 Bandung – Cirebon (Jatinangor). Bus umum AKAP/AKDP yang melalui Cileunyi dapat dilanjutkan dengan angkot atau ojek menuju Jatinangor
Mobil Pribadi
Pengunjung dapat mengunjungi museum dengan menggunakan mobil pribadi melalui jalan tol (Keluar gerbang tol Cileunyi) atau jalan nasional 5 Bandung – Cirebon yang melalui Jatinangor. Mobil bisa masuk melalui gerbang Gedung Kehutanan Labtek VA di Jalan Kiara Payung
Kendaraan Umum Lokal
Bus: Pengunjung dapat menggunakan Bus DAMRI yang melalui Jatinangor (Kebon Kalapa – Tanjungsari; Dipati Ukur – Jatinangor; Elang – Jatinangor) atau menggunakan Bus Bhinneka “Explore” (Cimahi – Jatinangor).
Angkot: Pengunjung dapat menggunakan angkot yang melewati Jatinangor (Majalaya – Gedebage; Cileunyi – Sumedang)
Pengunjung disarankan untuk turun di depan Mesjid Al-Jabbar ITB Jatinangor setelah menggunakan kendaraan umum lokal
Jalan Kaki
Pengunjung dapat berjalan kaki dari gerbang utama ITB melalui danau buatan menuju Labtek VA, Gedung Kehutanan. Gedung museum berada di sebrang Labtek VA, di depan area parkir
Pengunjung dapat berjalan kearah utara setelah turun dari bus atau angkot di depan mesjid Al-Jabbar ITB Jatinangor. Gedung museum tepat berada di sebelah mesjid
___________
Waktu Kunjungan
Jadwal reguler
Hari kerja: Senin – Jum’at (kecuali hari libur)
Jam kerja: 08.00 – 16.00 WIB
Jam istirahat: 11.45 – 13.00 WIB (kecuali Jum’at sampai 13.30 WIB)
Jadwal Bulan Ramadhan
Jam 08.00 – 14.00 WIB (istirahat jam 11.45 – 13.00 WIB)
Kunjungan tidak dilayani pada Hari Sabtu dan Minggu
Biaya Kunjungan
Kunjungan tidak dipungut biaya (gratis)
Kunjungan Kelompok
Kunjungan kelompok bisa dilakukan dengan melakukan komunikasi terlebih dahulu kepada Kurator Museum Zoologi.
HTMLText_32818AB0_9EAB_0FE8_41E0_A66F7AFDDFCE_mobile.html = ___
Koleksi Amfibi
Amphibian Collections
[ID] Museum Zoologi ITB memiliki koleksi amfibi sebanyak 882 individu dari 96 spesies dalam 15 famili. Semua koleksi disimpan dalam botol berisi cairan preservatif alkohol 70% atau formalin 4%. Koleksi ini cukup representatif untuk dijadikan sebagai bahan penelitian dan pendidikan karena sudah mewakili tiga kelompok amfibi yang terdapat di dunia meliputi Ordo Anura (katak dan kodok), Caudata (salamander), serta Gymnophiona (sesilia).
[EN] Museum Zoologi ITB has a collection of 882 amphibians from 96 species in 15 families. All collections were stored in bottles containing 70% alcohol or 4% formalin preservative liquid. This collection is representative enough to be used as research and education material because it represents three groups of amphibians in the world, including the Anura (frogs and toads), Caudata (salamanders), and Gymnophiona (caecilians).
HTMLText_3283DAC0_9EAB_0FA8_41D4_0AE232B9A4D1_mobile.html = ___
Ayam Air
The Aquatic Chicken
[ID] Katak batu (Limnonectes macrodon) merupakan salah satu katak dari Famili Dicroglossidae. Katak ini memiliki ciri fisik berupa tubuh yang besar dengan paha yang berotot. Oleh karenanya, katak ini menjadi salah satu spesies yang dijadikan sebagai bahan makanan dengan bahan utama berupa paha katak. Eksploitasi besar-besaran untuk dijadikan komoditas ekspor sempat membuat katak ini menjadi spesies terancam punah. Berbeda dengan ayam pada umumnya yang sudah dibudidayakan, "ayam air" ini merupakan spesies yang sulit untuk dibudidayakan karena membutuhkan kondisi spesifik. Oleh karena itu, potensi dari katak ini perlu digali secara komprehensif jika ingin terus dijadikan sebagai komoditas ekspor namun tidak mengganggu kelestariannya di alam.
[EN] Giant Javan frog (Limnonectes macrodon) is one of the frogs of the Dicroglossidae family. This frog has the physical characteristics of a large body with muscular thighs. Therefore, this frog is one of the species used for consumption with the main ingredient’s being the frog's thigh. Massive exploitation as an export commodity had made this frog a threatened species. Unlike common chicken in general that has been widely domesticated, this "aquatic chicken" is a species that is difficult to domesticate because it requires very specific conditions. Therefore, the potential of this frog needs to be explored comprehensively if we want to continue using it as exportable food commodity without threatening its sustainability in nature.
HTMLText_328D5ACE_9EAB_0FB8_41C7_F5237CD412F8_mobile.html = ___
Kodok Kota
The Urban Toad
[ID] Kodok buduk (Duttaphrynus melanostictus) merupakan salah satu spesies amfibi yang memiliki toleransi tinggi terhadap gangguan di habitatnya. Oleh karena kemampuannya tersebut, kodok ini mampu hidup bahkan hingga di depan halaman rumah kita. Hal ini didukung oleh ketersediaan makanan terutama berupa semut dan rayap yang biasa terdapat di pemukiman. Selain itu, kemampuan menghasilkan telur yang banyak dan beracun membuat tingkat kelulushidupan anakan tinggi.
[EN] Common Sunda toad (Duttaphrynus melanostictus) is a species of amphibian that has a high tolerance for habitat disturbance. Because of this ability, it is able to live even in our front yard. This is supported by the availability of food, especially in the form of ants and termites which are common in residential areas. In addition, the ability to produce lots of poisonous eggs results in high survival rates.
HTMLText_3304DD05_2D50_3793_41C4_94C958E2F3B9.html = ___
Dari Mereka, Untuk Mereka
From Them, For Them
[ID] Koleksi museum bisa didapatkan dari area sekitar gedung museum. Kelelawar buah (Cynopterus brachyotis) ini ditemukan mati di jalan kampus oleh seorang mahasiswa pada tahun 2017. Setelah itu, dia menyerahkan spesimennya ke museum untuk diawetkan. Saat ini, koleksi ini dijadikan juga sebagai bahan praktikum mahasiswa.
[EN] Museum collection can be collected from its surrounding area of the museum building. This fruit bat (Cynopterus brachyotis) was found dead inside campus area by a student in 2017 which then submitted the specimen to the museum to be preserved. Now, this collection can be used as practice material for other students.
HTMLText_38CDD5CC_4998_724E_41CA_99AB5B2838F5_mobile.html = ___
Sang Raja di Hutan Sumatra
The King of Sumatran Jungle
[ID] Harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae) merupakan salah satu kucing besar yang menghuni hutan tropis di Pulau Sumatera. Harimau sumatra sekarang menjadi satu-satunya subspesies harimau yang hidup di Indonesia, setelah saudara terdekatnya yaitu harimau jawa dan harimau bali punah. Status konservasi harimau sumatra pun kian mengkhawatirkan. Saat ini harimau sumatra memiliki status terancam punah (kritis – IUCN), dengan beberapa ratus individu lagi yang tersisa di habitat alaminya. Perburuan liar dan hilangnya habitat menjadi salah satu faktor utama yang membuat populasi harimau ini menurun. Skin-mount ini diduga menjadi salah satu bukti perburuan harimau sumatra. Oleh karena itu, BKSDA Jakarta menitipkan spesimen harimau ini sebagai sarana edukasi dan penelitian akan pentingnya keberadaan harimau sumatra di alam sebagai sang raja hutan. Peran harimau sebagai predator puncak menjadi kunci pengendalian populasi mangsanya seperti babi hutan dan rusa di alam, sehingga kestabilan ekosistem dapat terjaga.
[EN] Sumatran tiger (Panthera tigris sumatrae) is one of big cats inhabit tropical forests on the island of Sumatra. Sumatran tiger is now the only tiger subspecies living in Indonesia, after its closest relatives, the Javan and Balinese tigers, became extinct. The conservation status of the Sumatran tiger is getting worse. Sumatran tiger is currently in critically endangered status (IUCN), with several hundred individuals remaining in its natural habitat. Poaching and habitat loss are main factors threatening its population. This skin-mount is thought to be one proof of Sumatran tiger hunting. Therefore, BKSDA Jakarta entrusted it as a means of education and research on the importance of the Sumatran tiger in nature as the king of the forest. The role of tigers as top predators is the key to controlling prey populations such as wild boar and deer in nature, so that the stability of the ecosystem can be maintained.
HTMLText_3907974B_7E3F_CF61_41DE_F69503DFC3CF.html = ___
Ular Kampus
Snakes Around Campus
[ID] Koleksi museum zoologi bisa menjadi sumber informasi sejarah keberadaan suatu hewan di suatu wilayah. Ular cabe (Calliophis intestinalis) ini dikoleksi pada tahun 1985 di Jatinangor, sebuah wilayah tempat museum ini berada. Keberadaan ular berbisa ini masih ada hingga sekarang bahkan di dalam kampus yang sudah banyak dibangun gedung.
[EN] Museum collection can also record historical information for animal distribution in a particular area. This striped coral snake (Calliophis intestinalis) was collected in 1985 in Jatinangor, nearby the current location of MZI. This venomous snake still exists now even around buildings inside this campus.
HTMLText_390BD763_7E3F_CF21_41DB_D7E2368FABD1.html = ___
Koleksi dari Luar Negeri
Collection from Abroad
[ID] Berbagai koleksi Museum Zoologi ITB juga dapat berasal dari negara lain. Sebagai contoh, anakan aligator (Alligator mississippiensis) ini berasal dari Amerika Serikat. Selain aligator, beberapa koleksi amfibi dan reptil juga berasal dari Eropa dan Amerika Serikat. Koleksi ini sebagian besar dibeli dari institusi penyedia awetan untuk bahan ajar biologi seperti Turtox Collection, General Biological Supply House (Chicago), serta Linnaea Naturh. Institut (Berlin).
[EN] Several collections of Museum Zoologi ITB originated from abroad. For example, this juvenile alligator (Alligator mississippiensis) originated from USA. Beside it, some amphibian and reptile collections also came from Europe and USA. These collections were purchased from institutions which provide preserved specimens for biological study such as Turtox Collection, General Biological Supply House (Chicago), and Linnaea Naturh. Institut (Berlin).
HTMLText_3918BF37_0C06_E393_41A1_17CF0ADBAB12.html =
HTMLText_3918BF37_0C06_E393_41A1_17CF0ADBAB12_mobile.html =
HTMLText_3FE2175A_9EE9_0558_41CC_14710CFA1800.html = ___
Kodok Kota
The Urban Toad
[ID] Kodok buduk (Duttaphrynus melanostictus) merupakan salah satu spesies amfibi yang memiliki toleransi tinggi terhadap gangguan di habitatnya. Oleh karena kemampuannya tersebut, kodok ini mampu hidup bahkan hingga di depan halaman rumah kita. Hal ini didukung oleh ketersediaan makanan terutama berupa semut dan rayap yang biasa terdapat di pemukiman. Selain itu, kemampuan menghasilkan telur yang banyak dan beracun membuat tingkat kelulushidupan anakan tinggi.
[EN] Common Sunda toad (Duttaphrynus melanostictus) is a species of amphibian that has a high tolerance for habitat disturbance. Because of this ability, it is able to live even in our front yard. This is supported by the availability of food, especially in the form of ants and termites which are common in residential areas. In addition, the ability to produce lots of poisonous eggs results in high survival rates.
HTMLText_3FE5D748_9EE9_06B8_41D7_2BFBD411E8D5.html = ___
Ayam Air
The Aquatic Chicken
[ID] Katak batu (Limnonectes macrodon) merupakan salah satu katak dari Famili Dicroglossidae. Katak ini memiliki ciri fisik berupa tubuh yang besar dengan paha yang berotot. Oleh karenanya, katak ini menjadi salah satu spesies yang dijadikan sebagai bahan makanan dengan bahan utama berupa paha katak. Eksploitasi besar-besaran untuk dijadikan komoditas ekspor sempat membuat katak ini menjadi spesies terancam punah. Berbeda dengan ayam pada umumnya yang sudah dibudidayakan, "ayam air" ini merupakan spesies yang sulit untuk dibudidayakan karena membutuhkan kondisi spesifik. Oleh karena itu, potensi dari katak ini perlu digali secara komprehensif jika ingin terus dijadikan sebagai komoditas ekspor namun tidak mengganggu kelestariannya di alam.
[EN] Giant Javan frog (Limnonectes macrodon) is one of the frogs of the Dicroglossidae family. This frog has the physical characteristics of a large body with muscular thighs. Therefore, this frog is one of the species used for consumption with the main ingredient’s being the frog's thigh. Massive exploitation as an export commodity had made this frog a threatened species. Unlike common chicken in general that has been widely domesticated, this "aquatic chicken" is a species that is difficult to domesticate because it requires very specific conditions. Therefore, the potential of this frog needs to be explored comprehensively if we want to continue using it as exportable food commodity without threatening its sustainability in nature.
HTMLText_3FFC272F_9EE9_06F8_41CF_C28718FAED44.html = ___
Koleksi Amfibi
Amphibian Collections
[ID] Museum Zoologi ITB memiliki koleksi amfibi sebanyak 882 individu dari 96 spesies dalam 15 famili. Semua koleksi disimpan dalam botol berisi cairan preservatif alkohol 70% atau formalin 4%. Koleksi ini cukup representatif untuk dijadikan sebagai bahan penelitian dan pendidikan karena sudah mewakili tiga kelompok amfibi yang terdapat di dunia meliputi Ordo Anura (katak dan kodok), Caudata (salamander), serta Gymnophiona (sesilia).
[EN] Museum Zoologi ITB has a collection of 882 amphibians from 96 species in 15 families. All collections were stored in bottles containing 70% alcohol or 4% formalin preservative liquid. This collection is representative enough to be used as research and education material because it represents three groups of amphibians in the world, including the Anura (frogs and toads), Caudata (salamanders), and Gymnophiona (caecilians).
HTMLText_90B3E5D8_81C5_D6EB_41B5_59501276CBA0.html = ___
Amfibi Tak Berkaki
The Legless Amphibian
[ID] Sesilia (Ichthyophis) merupakan amfibi yang tidak memiliki kaki dari Famili Ichthyophiidae. Hewan ini memiliki bentuk yang memanjang dan hidup di tanah atau lumpur sehingga seringkali dianggap sebagai cacing tanah. Perbedaan sesilia dengan cacing yang paling mencolok adalah rahang bergigi, sepasang mata, dan lubang hidung. Selain itu, tentunya sesilia memiliki tulang belakang serta seperti amfibi lainnya, sesilia juga menjalani proses metamorfosis dalam siklus hidupnya.
[EN] Caecilian (Ichthyophis) is a legless amphibian from Family Ichthyophiidae. It has an elongated shape and lives in soil or mud thus often considered as earthworm. The most striking difference between caecilians and earthworms is its toothed jaw, a pair of eyes and nostrils. In addition, they also have a backbone like other vertebrates and as amphibians, they also undergo a metamorphosis process in their life cycle.
HTMLText_90B705E9_81C5_D6AD_41BE_54EA60DEBF7B.html = ___
Katak Terbang
The Gliding Frog
[ID] Katak pohon Reinwardt (Rhacophorus reinwardtii) memiliki kemampuan untuk berpindah tempat dari satu pohon ke pohon lainnya dengan cara meluncur. Katak ini akan merentangkan jari kaki dan tangannya yang penuh dengan selaput renang saat meluncur dari ketinggian pohon sehingga terlihat seperti sedang terbang. Hal ini dilakukan untuk menciptakan gaya angkat di udara sehingga tidak jatuh terlalu kuat saat berburu atau menghindari pemangsa. Spesimen katak ini merupakan koleksi amfibi tertua di Museum Zoologi ITB yang dikoleksi pada tahun 1955 dari Cibodas, Jawa Barat. Saat ini, katak pohon Reinwardt masih dapat ditemukan di lokasi tersebut, meskipun kuantitas tegakan pohon yang menjadi habitat bagi katak ini sudah menurun.
[EN] Reinwardt’s gliding frog (Rhacophorus reinwardtii) has the ability to move from one tree to another by gliding. This frog will spread its fully-webbed toes and hands as it glides so it looks like it is flying. This movement acts as airfoil to generate the lift in the air so that it does not fall too hard while hunting or avoiding predators. This frog specimen is the oldest collection of amphibians in the Museum Zoologi ITB which was collected in 1955 from Cibodas, West Java. Today, Reinwardt’s gliding frogs can still be found there despite diminishing tree stands which provide habitats for them.
HTMLText_92B70F51_81C5_53FD_41C8_BA6FB1E4EEB2.html = ___
Sang Insinyur
The Engineer
[ID] Beruang madu (Helarctos malayanus) merupakan spesies beruang terkecil di dunia dengan sebaran geografis mencakup kawasan Bangladesh, perbatasan India dan China bagian selatan dengan Myanmar, Indochina, Semenanjung Malaysia hingga Indonesia. Beruang ini termasuk hewan dilindungi di Indonesia karena terancam punah serta memiliki sebaran terbatas hanya di Pulau Sumatera dan Borneo. Beruang ini memiliki peranan penting di alam yaitu sebagai “insinyur ekosistem”. Ketika mencari makanan seperti rayap dan semut, beruang madu akan menggunakan cakarnya yang besar dan kuat untuk mengoyak kayu lapuk yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap siklus nutrisi. Selain itu, saat mencari madu diatas pohon, beruang akan mengoyak sarang lebah di lubang pohon. Lubang pohon yang ditinggalkan kemudian dapat dimanfaatkan oleh hewan lain seperti burung rangkong untuk bersarang.
[EN] The sun bear (Helarctos malayanus) is the smallest bear species in the world distributed from Bangladesh, the border of India and southern China with Myanmar, Indochina, Peninsular Malaysia to Indonesia. This bear is a protected animal in Indonesia because it is threatened with extinction and has a limited distribution only on the islands of Sumatra and Borneo. These bears have an important role as an ecosystem engineer in the forest. When looking for food such as termites and ants, sun bears will use their big, strong claws to rip apart the weathered wood which indirectly affects the nutrient cycle. In addition, when looking for honey in a tree, the bear will tear the beehive in the tree hole. The abandoned tree holes can then be used by other animals, e.g. such as nests for hornbills.
HTMLText_92FFED61_83D7_6A3C_41D5_12CDE50D5310.html = ___
Museum Zoologi
ITB
[ID] Museum Zoologi ITB merupakan museum universitas yang dikelola ITB dengan cakupan koleksi lebih dari 2.800 spesimen hewan dari 1.045 spesies, mulai dari invertebrata laut, ikan, amfibi, reptil, burung hingga mamalia besar. Museum ini juga memiliki beberapa koleksi fosil, koleksi buku kuno mengenai zoologi serta ilustrasi yang berkaitan dengan zoologi. Sebagai museum universitas, Museum Zoologi ITB fokus pada pengelolaan dan pengembangan koleksi untuk kepentingan pendidikan dan penelitian serta memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bentuk jasa identifikasi dan determinasi hewan serta kunjungan untuk berbagai keperluan.
[EN] Museum Zoologi ITB is a university museum managed by ITB, curating more than 2.800 animal specimens from 1.045 species, including marine invertebrates, fishes, amphibians, reptiles, birds and big mammals. This museum also has several collections of fossilized parts of animals, antiquated books used for the study of zoology and taxonomy and many zoological illustrations. As a university museum, Museum Zoologi ITB focuses on management and growing its collections for educational and research purposes as well as providing public services, such as animal identification and determination and public visitation.
HTMLText_92FFED61_83D7_6A3C_41D5_12CDE50D5310_mobile.html = ___
Museum Zoologi ITB
[ID] Museum Zoologi ITB merupakan museum universitas yang dikelola ITB dengan cakupan koleksi lebih dari 2.800 spesimen hewan dari 1.045 spesies, mulai dari invertebrata laut, ikan, amfibi, reptil, burung hingga mamalia besar. Museum ini juga memiliki beberapa koleksi fosil, koleksi buku kuno mengenai zoologi serta ilustrasi yang berkaitan dengan zoologi. Sebagai museum universitas, Museum Zoologi ITB fokus pada pengelolaan dan pengembangan koleksi untuk kepentingan pendidikan dan penelitian serta memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bentuk jasa identifikasi dan determinasi hewan serta kunjungan untuk berbagai keperluan.
[EN] Museum Zoologi ITB is a university museum managed by ITB, curating more than 2.800 animal specimens from 1.045 species, including marine invertebrates, fishes, amphibians, reptiles, birds and big mammals. This museum also has several collections of fossilized parts of animals, antiquated books used for the study of zoology and taxonomy and many zoological illustrations. As a university museum, Museum Zoologi ITB focuses on management and growing its collections for educational and research purposes as well as providing public services, such as animal identification and determination and public visitationn.
HTMLText_9444E73B_8245_53AD_41D4_54BE998526A1.html = ___
Bukan Batu Biasa
The Unordinary Rock
[ID] Fosil adalah sisa atau jejak organisme yang terawetkan melalui berbagai proses fisika dan kimiawi di dalam Bumi. Bagian tubuh organisme yang menjadi fosil biasanya merupakan bagian dengan jaringan keras termasuk tulang, gigi (pada vertebrata) dan cangkang (pada invertebrata). Sisa organisme yang dapat dikategorikan sebagai fosil biasanya berumur 10.000 tahun atau lebih. Seringkali orang awam menganggap fosil sebagai batu dan dipakai dalam berbagai keperluan seperti material untuk membuat tangga, penyangga rumah bahkan pondasi bangunan. Padahal fosil dapat menjadi sumber informasi yang penting mengenai sejarah kehidupan masa lalu di muka Bumi. Oleh karena itu, kita harus cermat dalam memilah batu yang akan digunakan untuk berbagai keperluan. Jika kita menemukan batu dengan bentuk mirip dengan bagian tubuh makhluk hidup, mungkin saja itu bukan batu biasa melainkan sebuah fosil.
[EN] Fossils are remains or traces of organisms that have been preserved through various physical and chemical processes within the Earth. Body parts of organisms that become fossils are usually those with hard tissues including bones, teeth (e.g. in Vertebrates) and shells (e.g. in Invertebrates). The remains of organisms that can be categorized as fossils are usually 10,000 years of age or more. Ordinary people often think of fossils as rocks and use them for various purposes such as for building materials in making stairs, supporting houses and even building foundations. Even so, fossils can be an important source of information about past life history of organism on Earth. Therefore, we must be careful in sorting rocks that will be used for various purposes. If we find a rock with a shape similar to the body parts of a living organism, it may not be an ordinary rock but actually a fossil.
HTMLText_944BC75E_8245_53E7_41B7_B45C3F8E9979.html = ___
Fosil Gigi
The Fossilized Teeth
[ID] Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang biasa terfosilisasi karena memiliki jaringan keras. Gigi biasanya ditemukan masih menempel dengan bagian tulang rahang yang sama-sama terfosilisasi baik dalam bentuk hewan utuh maupun yang sudah terpisah-pisah seperti fosil gigi gajah purba ini. Selain itu, terdapat juga fosil gigi yang sudah terlepas dari tulang rahang seperti pada kelompok ikan hiu purba. Meskipun begitu, fosil dalam bentuk apapun memiliki nilai historis yang tinggi untuk mempelajari kehidupan masa lalu, bahkan hanya dari sepotong fosil gigi.
[EN] Teeth are one of the most commonly fossilized parts of the body because they have hard tissues. Teeth are usually found still attached to the same fossilized part of the jawbone, either in the form of a whole animal or that has been separated, such as the fossil of this ancient elephant tooth. In addition, there are also tooth fossils that have detached from the jawbone, such as in the ancient shark group. Even so, fossils of any kind have a high historical value for studying past life, even from a single tooth fossil.
HTMLText_9562AB59_81DB_53ED_41C6_B56AE45172B3.html = ___
Ikan Bermuka Kuda The Horse-faced Fish
[ID] Kuda laut merupakan salah satu kelompok ikan bertulang sejati yang termasuk ke dalam Ordo Syngnathiformes (kelompok ikan pipa). Kelompok ikan ini memiliki ciri khas berupa lingkaran bertulang di sekeliling tubuh serta mulut kecil yang berbentuk seperti pipa. Oleh karena kuda laut memiliki mulut yang tidak terlalu panjang seperti ikan pipa lainnya, lingkaran bertulang pada tengkuk yang menyerupai rambut kuda serta perut yang besar, maka dari itu bentuk muka dan tubuh bagian atas menjadi seperti kuda yang kita kenal.
[EN] Seahorse is a group of ray-finned fish belonging to the Order Syngnathiformes (group of pipefish). This group of fish is characterized by a bony circle around the body and a small mouth shaped like a pipe. Because the seahorse has a short mouth that is different from other pipefish, bony circle at the nape which resembles horse hair and a large belly, then the shape of the face and upper body are similar to the horse we know.
HTMLText_9576FB75_81DB_53A5_41CD_090D5BE93F44.html = ___
Bayi Ikan Hiu
The Baby Shark
[ID] Ikan hiu dari Genus Carcharias memiliki cara reproduksi unik yang disebut ovovivipar. Ovovivipar merupakan cara reproduksi dimana telur dan embrio berkembang di dalam tubuh induk. Setelah menetas, embrio lalu mengandalkan kuning telur sebagai makanan (contoh bisa dilihat pada gambar). Setelah kuning telur habis, biasanya embrio memakan telur lain yang dihasilkan oleh induk bahkan dapat memangsa embrio lain (saudaranya sendiri) yang lebih kecil. Setelah perkembangan embrio cukup, induk hanya melahirkan 1-2 bayi hiu dari puluhan telur yang dihasilkan. Sayangnya, saat ini ikan hiu dan bayinya sangat terancam untuk dieksploitasi sebagai bahan makanan.
[EN] Sharks from the Genus Carcharias have a unique mode of reproduction called ovoviviparity. Ovoviviparity is the mode of reproduction in which eggs and embryos develop inside the uterus of female shark. After hatching, the embryo then relies on the yolk as food (an example can be seen in the picture). After the yolk runs out, usually the embryo feeding on other eggs produced by the mother and can even preying on other embrios (its own siblings) with smaller size. After sufficient embryo development, the mother only gives birth to 1-2 shark babies from the dozens of eggs produced. Unfortunately, sharks and their babies are very threatened to be exploited as food today.
HTMLText_95AC8F15_81C5_5365_41C8_BDE29131EC0C.html = ___
Koleksi Artikulasi Rangka
The Skeleton Collections
[ID] Museum Zoologi ITB memiliki koleksi awetan kering berupa artikulasi rangka. Artikulasi rangka dibuat dengan cara merangkai kembali tulang-belulang dari hewan vertebrata sesuai dengan anatomi masing-masing spesies hewan tersebut. Susunan tulang dirangkai menggunakan kawat khusus hingga menjadi bentuk kerangka yang utuh. Kerangka kemudian diletakkan pada dudukan agar mudah dipindahkan.
[EN] Museum Zoologi ITB has dry specimen collections of skeletal articulations. Skeletal articulation is made by reassembling the bones of vertebrates according to the anatomy of each species by utilising special wires to reconnect the parts to complete a whole skeleton. The skeleton is then placed on a stand for easy removal.
HTMLText_975475D7_8198_9AC2_41CD_2F33B377B366.html = ___
Koleksi Tertua
The Oldest Collection
[ID] Burung pelatuk kijang (Micropternus brachyurus brachyurus) ini merupakan koleksi tertua yang tersimpan di Museum Zoologi ITB. Burung ini dikoleksi pada tahun 1909 dari Pulau Jawa, Indonesia. Meski sudah lebih dari 100 tahun, kondisi koleksi burung ini masih baik dan bisa dijadikan sebagai bahan ajar dalam kegiatan perkuliahan.
[EN] This rufous woodpecker (Micropternus brachyurus brachyurus) is the oldest collection of Museum Zoologi ITB. It was collected in 1909 from Java, Indonesia. Despite its century old history, this collection is still in good condition and can be used as academic material for students from time to time.
HTMLText_98ADFB10_82DC_B37B_41D0_0BCF3CDBC6DE.html = ___
Koleksi Cangkang
Shell Collections
[ID] Museum Zoologi ITB memiliki koleksi invertebrata dalam bentuk awetan cangkang. Museum ini menyimpan cangkang dari beberapa kelompok hewan seperti Bivalvia (kerang-kerangan), Crustacea (udang dan kepiting), Gastropoda (keong dan siput), hingga Nautilus yang ditunjukkan pada gambar ini. Nautilus merupakan salah hewan unik dari kelompok Cephalopoda. Hewan ini unik karena memiliki cangkang spiral, berbeda dengan hewan lain dalam kelompok Cephalopoda seperti cumi-cumi, gurita, dan sotong yang tidak bercangkang. Selain itu, keunikan lain dari hewan ini adalah kemampuan melayang di dalam air yang berbeda dengan hewan bercangkang lainnya seperti siput dan kerang yang cenderung selalu tinggal di dasar laut.
[EN] Museum Zoologi ITB has a collection of invertebrates in the form of preserved shells. This museum houses the shells of several animal groups such as Bivalves (shellfish), Crustaceans (shrimp and crabs), Gastropods (snails), as well as Nautilus (as shown in this picture). Nautilus is a unique animal from the Cephalopod group. This animal is unique in that it has a spiral shell, contrary to other Cephalopods such as squids, octopuses, and cuttlefish which have no shell. In addition, another uniqueness of this animal is the ability to float in the water, which is different from other shelled animals such as snails and shellfishes which tend to stay on the seabed.
HTMLText_9A24E85C_82DD_5DEB_41A4_F9F56A1A9D35.html = ___
Mamalia Bersisik
The Scaled Mammal
[ID] Trenggiling (Manis javanica) merupakan satwa unik karena memiliki “sisik” yang menutupi hampir seluruh tubuhnya. Struktur “sisik” tersebut sebenarnya merupakan bagian kulit yang terkeratinisasi sehingga menjadi keras. Trenggiling menggunakan “sisik” sebagai mekanisme pertahanan diri dari mangsanya (seperti semut atau rayap) serta dari serangan predator. Saat ini, trenggiling menjadi salah satu hewan terancam punah, salah satunya diakibatkan oleh maraknya perburuan liar serta perdagangan daging dan “sisik” ilegal untuk dijadikan bahan makanan dan obat.
[EN] The Sunda pangolin (Manis javanica) is a unique animal because it has "scales" covering almost its entire body. The structure of these "scales" is actually a keratinized part of the epidermal skin so that it becomes hard. The Sunda pangolins use its "scaly" body as a defense mechanism both against its preys (e.g. ants or termites) as well as its predators. Currently, Sunda pangolin is one of the critically endangered animals mostly caused by illegal poaching, bushmeat as well as “scales” trades for food and exotic medicine.
HTMLText_9CBA8885_82C4_BD65_41BD_FD3B31FFE4A7_mobile.html = ___
Ikan Bermuka Kuda
The Horse-faced Fish
[ID] Kuda laut merupakan salah satu kelompok ikan bertulang sejati yang termasuk ke dalam Ordo Syngnathiformes (kelompok ikan pipa). Kelompok ikan ini memiliki ciri khas berupa lingkaran bertulang di sekeliling tubuh serta mulut kecil yang berbentuk seperti pipa. Oleh karena kuda laut memiliki mulut yang tidak terlalu panjang seperti ikan pipa lainnya, lingkaran bertulang pada tengkuk yang menyerupai rambut kuda serta perut yang besar, maka dari itu bentuk muka dan tubuh bagian atas menjadi seperti kuda yang kita kenal.
[EN] Seahorse is a group of ray-finned fish belonging to the Order Syngnathiformes (group of pipefish). This group of fish is characterized by a bony circle around the body and a small mouth shaped like a pipe. Because the seahorse has a short mouth that is different from other pipefish, bony circle at the nape which resembles horse hair and a large belly, then the shape of the face and upper body are similar to the horse we know.
HTMLText_9CBF98A8_82C4_BEAB_41DC_395157A0162D_mobile.html = ___
Bayi Ikan Hiu
The Baby Shark
[ID] Ikan hiu dari Genus Carcharias memiliki cara reproduksi unik yang disebut ovovivipar. Ovovivipar merupakan cara reproduksi dimana telur dan embrio berkembang di dalam tubuh induk. Setelah menetas, embrio lalu mengandalkan kuning telur sebagai makanan (contoh bisa dilihat pada gambar). Setelah kuning telur habis, biasanya embrio memakan telur lain yang dihasilkan oleh induk bahkan dapat memangsa embrio lain (saudaranya sendiri) yang lebih kecil. Setelah perkembangan embrio cukup, induk hanya melahirkan 1-2 bayi hiu dari puluhan telur yang dihasilkan. Sayangnya, saat ini ikan hiu dan bayinya sangat terancam untuk dieksploitasi sebagai bahan makanan.
[EN] Sharks from the Genus Carcharias have a unique mode of reproduction called ovoviviparity. Ovoviviparity is the mode of reproduction in which eggs and embryos develop inside the uterus of female shark. After hatching, the embryo then relies on the yolk as food (an example can be seen in the picture). After the yolk runs out, usually the embryo feeding on other eggs produced by the mother and can even preying on other embrios (its own siblings) with smaller size. After sufficient embryo development, the mother only gives birth to 1-2 shark babies from the dozens of eggs produced. Unfortunately, sharks and their babies are very threatened to be exploited as food today.
HTMLText_9CD32646_82CB_B5E7_41DE_F165758145C7_mobile.html = ___
Katak Terbang
The Gliding Frog
[ID] Katak pohon Reinwardt (Rhacophorus reinwardtii) memiliki kemampuan untuk berpindah tempat dari satu pohon ke pohon lainnya dengan cara meluncur. Katak ini akan merentangkan jari kaki dan tangannya yang penuh dengan selaput renang saat meluncur dari ketinggian pohon sehingga terlihat seperti sedang terbang. Hal ini dilakukan untuk menciptakan gaya angkat di udara sehingga tidak jatuh terlalu kuat saat berburu atau menghindari pemangsa. Spesimen katak ini merupakan koleksi amfibi tertua di Museum Zoologi ITB yang dikoleksi pada tahun 1955 dari Cibodas, Jawa Barat. Saat ini, katak pohon Reinwardt masih dapat ditemukan di lokasi tersebut, meskipun kuantitas tegakan pohon yang menjadi habitat bagi katak ini sudah menurun.
[EN] Reinwardt’s gliding frog (Rhacophorus reinwardtii) has the ability to move from one tree to another by gliding. This frog will spread its fully-webbed toes and hands as it glides so it looks like it is flying. This movement acts as airfoil to generate the lift in the air so that it does not fall too hard while hunting or avoiding predators. This frog specimen is the oldest collection of amphibians in the Museum Zoologi ITB which was collected in 1955 from Cibodas, West Java. Today, Reinwardt’s gliding frogs can still be found there despite diminishing tree stands which provide habitats for them.
HTMLText_9CE8B639_82CB_B5AD_41DF_B70529DC6DCD_mobile.html = ___
Amfibi Tak Berkaki
The Legless Amphibian
[ID] Sesilia (Ichthyophis) merupakan amfibi yang tidak memiliki kaki dari Famili Ichthyophiidae. Hewan ini memiliki bentuk yang memanjang dan hidup di tanah atau lumpur sehingga seringkali dianggap sebagai cacing tanah. Perbedaan sesilia dengan cacing yang paling mencolok adalah rahang bergigi, sepasang mata, dan lubang hidung. Selain itu, tentunya sesilia memiliki tulang belakang serta seperti amfibi lainnya, sesilia juga menjalani proses metamorfosis dalam siklus hidupnya
[EN] Caecilian (Ichthyophis) is a legless amphibian from Family Ichthyophiidae family. It has an elongated shape and lives in soil or mud thus often considered as earthworm. The most striking difference between caecilians and earthworms is its toothed jaw, a pair of eyes and nostrils. In addition, they also have a backbone like other vertebrates and as amphibians, they also undergo a metamorphosis process in their life cycle.
HTMLText_9D11AC64_83C5_F5DB_41D5_649098E02DFB_mobile.html = ___
Sang Insinyur
The Engineer
[ID] Beruang madu (Helarctos malayanus) merupakan spesies beruang terkecil di dunia dengan sebaran geografis mencakup kawasan Bangladesh, perbatasan India dan China bagian selatan dengan Myanmar, Indochina, Semenanjung Malaysia hingga Indonesia. Beruang ini termasuk hewan dilindungi di Indonesia karena terancam punah serta memiliki sebaran terbatas hanya di Pulau Sumatera dan Borneo. Beruang ini memiliki peranan penting di alam yaitu sebagai “insinyur ekosistem”. Ketika mencari makanan seperti rayap dan semut, beruang madu akan menggunakan cakarnya yang besar dan kuat untuk mengoyak kayu lapuk yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap siklus nutrisi. Selain itu, saat mencari madu diatas pohon, beruang akan mengoyak sarang lebah di lubang pohon. Lubang pohon yang ditinggalkan kemudian dapat dimanfaatkan oleh hewan lain seperti burung rangkong untuk bersarang.
[EN] The sun bear (Helarctos malayanus) is the smallest bear species in the world distributed from Bangladesh, the border of India and southern China with Myanmar, Indochina, Peninsular Malaysia to Indonesia. This bear is a protected animal in Indonesia because it is threatened with extinction and has a limited distribution only on the islands of Sumatra and Borneo. These bears have an important role as an ecosystem engineer in the forest. When looking for food such as termites and ants, sun bears will use their big, strong claws to rip apart the weathered wood which indirectly affects the nutrient cycle. In addition, when looking for honey in a tree, the bear will tear the beehive in the tree hole. The abandoned tree holes can then be used by other animals, e.g. such as nests for hornbills.
HTMLText_9D2C0C41_83C5_F5DD_41D2_ED0FE7D2A206_mobile.html = ___
Koleksi Artikulasi Rangka
The Skeleton Collections
[ID] Museum Zoologi ITB memiliki koleksi awetan kering berupa artikulasi rangka. Artikulasi rangka dibuat dengan cara merangkai kembali tulang-belulang dari hewan vertebrata sesuai dengan anatomi masing-masing spesies hewan tersebut. Susunan tulang dirangkai menggunakan kawat khusus hingga menjadi bentuk kerangka yang utuh. Kerangka kemudian diletakkan pada dudukan agar mudah dipindahkan.
[EN] Museum Zoologi ITB has dry specimen collections of skeletal articulations. Skeletal articulation is made by reassembling the bones of vertebrates according to the anatomy of each species by utilising special wires to reconnect the parts to complete a whole skeleton. The skeleton is then placed on a stand for easy removal.
HTMLText_A0DCAE60_83CF_55DB_41C9_686E04264DFF_mobile.html = ___
Sang Suvenir
The Souvenir
[ID] Penyu sisik (Eretmochelys imbricata) merupakan satu dari enam spesies penyu yang dapat ditemukan di perairan laut Indonesia. Penyu ini memiliki bentuk dan warna tempurung yang menarik. Bentuk sisik pada tempurung yang berselingkupan dengan corak lurik kecoklatan merupakan daya tarik tersendiri dari penyu ini sehingga banyak diburu untuk dijadikan sebagai suvenir. Saat ini, perburuan serta kepemilikan suvenir secara perorangan dari penyu sisik dilarang di Indonesia.
[EN] The hawksbill turtle (Eretmochelys imbricata) is one of six turtle species that can be found in Indonesian marine waters. This turtle has an interesting shell shape and color. The overlapping shape of the scales on the shell painted with brownish striated patterns is the main attraction of this turtle so that it is widely hunted to be used as souvenirs. Currently, hunting and individual possession of the hawksbill souvenirs is prohibited in Indonesia.
HTMLText_A229730A_83CB_F36F_41BA_68495E2D9F9F_mobile.html = ___
Mamalia Bersisik
The Scaled Mammal
[ID] Trenggiling (Manis javanica) merupakan satwa unik karena memiliki “sisik” yang menutupi hampir seluruh tubuhnya. Struktur “sisik” tersebut sebenarnya merupakan bagian kulit yang terkeratinisasi sehingga menjadi keras. Trenggiling menggunakan “sisik” sebagai mekanisme pertahanan diri dari mangsanya (seperti semut atau rayap) serta dari serangan predator. Saat ini, trenggiling menjadi salah satu hewan terancam punah, salah satunya diakibatkan oleh maraknya perburuan liar serta perdagangan daging dan “sisik” ilegal untuk dijadikan bahan makanan dan obat.
[EN] The Sunda pangolin (Manis javanica) is a unique animal because it has "scales" covering almost its entire body. The structure of these "scales" is actually a keratinized part of the epidermal skin so that it becomes hard. The Sunda pangolins use its "scaly" body as a defense mechanism both against its preys (e.g. ants or termites) as well as its predators. Currently, Sunda pangolin is one of the critically endangered animals mostly caused by illegal poaching, bushmeat as well as “scales” trades for food and exotic medicine.
HTMLText_A6291500_824F_775B_41D4_3A449F326D37_mobile.html = ___
Bukan Batu Biasa
The Unordinary Rock
[ID] Fosil adalah sisa atau jejak organisme yang terawetkan melalui berbagai proses fisika dan kimiawi di dalam Bumi. Bagian tubuh organisme yang menjadi fosil biasanya merupakan bagian dengan jaringan keras termasuk tulang, gigi (pada vertebrata) dan cangkang (pada invertebrata). Sisa organisme yang dapat dikategorikan sebagai fosil biasanya berumur 10.000 tahun atau lebih. Seringkali orang awam menganggap fosil sebagai batu dan dipakai dalam berbagai keperluan seperti material untuk membuat tangga, penyangga rumah bahkan pondasi bangunan. Padahal fosil dapat menjadi sumber informasi yang penting mengenai sejarah kehidupan masa lalu di muka Bumi. Oleh karena itu, kita harus cermat dalam memilah batu yang akan digunakan untuk berbagai keperluan. Jika kita menemukan batu dengan bentuk mirip dengan bagian tubuh makhluk hidup, mungkin saja itu bukan batu biasa melainkan sebuah fosil.
[EN] Fossils are remains or traces of organisms that have been preserved through various physical and chemical processes within the Earth. Body parts of organisms that become fossils are usually those with hard tissues including bones, teeth (e.g. in Vertebrates) and shells (e.g. in Invertebrates). The remains of organisms that can be categorized as fossils are usually 10,000 years of age or more. Ordinary people often think of fossils as rocks and use them for various purposes such as for building materials in making stairs, supporting houses and even building foundations. Even so, fossils can be an important source of information about past life history of organism on Earth. Therefore, we must be careful in sorting rocks that will be used for various purposes. If we find a rock with a shape similar to the body parts of a living organism, it may not be an ordinary rock but actually a fossil.
HTMLText_A62B951D_824F_7765_41C4_96FE46E2A994_mobile.html = ___
Fosil Gigi
The Fossilized Teeth
[ID] Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang biasa terfosilisasi karena memiliki jaringan keras. Gigi biasanya ditemukan masih menempel dengan bagian tulang rahang yang sama-sama terfosilisasi baik dalam bentuk hewan utuh maupun yang sudah terpisah-pisah seperti fosil gigi gajah purba ini. Selain itu, terdapat juga fosil gigi yang sudah terlepas dari tulang rahang seperti pada kelompok ikan hiu purba. Meskipun begitu, fosil dalam bentuk apapun memiliki nilai historis yang tinggi untuk mempelajari kehidupan masa lalu, bahkan hanya dari sepotong fosil gigi.
[EN] Teeth are one of the most commonly fossilized parts of the body because they have hard tissues. Teeth are usually found still attached to the same fossilized part of the jawbone, either in the form of a whole animal or that has been separated, such as the fossil of this ancient elephant tooth. In addition, there are also tooth fossils that have detached from the jawbone, such as in the ancient shark group. Even so, fossils of any kind have a high historical value for studying past life, even from a single tooth fossil.
HTMLText_AADEDFDD_825B_72E5_41E0_4C9B4E626FA1_mobile.html = ___
Koleksi Cangkang
Shell Collections
[ID] Museum Zoologi ITB memiliki koleksi invertebrata dalam bentuk awetan cangkang. Museum ini menyimpan cangkang dari beberapa kelompok hewan seperti Bivalvia (kerang-kerangan), Crustacea (udang dan kepiting), Gastropoda (keong dan siput), hingga Nautilus yang ditunjukkan pada gambar ini. Nautilus merupakan salah hewan unik dari kelompok Cephalopoda. Hewan ini unik karena memiliki cangkang spiral, berbeda dengan hewan lain dalam kelompok Cephalopoda seperti cumi-cumi, gurita, dan sotong yang tidak bercangkang. Selain itu, keunikan lain dari hewan ini adalah kemampuan melayang di dalam air yang berbeda dengan hewan bercangkang lainnya seperti siput dan kerang yang cenderung selalu tinggal di dasar laut.
[EN] Museum Zoologi ITB has a collection of invertebrates in the form of preserved shells. This museum houses the shells of several animal groups such as Bivalves (shellfish), Crustaceans (shrimp and crabs), Gastropods (snails), as well as Nautilus (as shown in this picture). Nautilus is a unique animal from the Cephalopod group. This animal is unique in that it has a spiral shell, contrary to other Cephalopods such as squids, octopuses, and cuttlefish which have no shell. In addition, another uniqueness of this animal is the ability to float in the water, which is different from other shelled animals such as snails and shellfishes which tend to stay on the seabed.
HTMLText_B0ABD3D7_8247_2A58_41D8_75E71D7D0EBA.html =
HTMLText_B0ABD3D7_8247_2A58_41D8_75E71D7D0EBA_mobile.html =
HTMLText_B18EA832_825D_FDBF_41CE_2CF73D7B9A2F.html = ___
Si Penghisap Darah
The Blood Sucker
[ID] Triatoma rubrofasciata, serangga yang termasuk ke dalam Famili Reduviidae (Ordo Hemiptera) ini dikenal sebagai serangga penghisap darah (haemofagi). Serangga ini memiliki mulut termodifikasi berbentuk panjang yang terlipat di bawah kepala. Mulut ini digerakkan ke depan jika akan digunakan untuk menggigit dan menghisap darah inangnya seperti burung, mamalia, bahkan manusia. Oleh karena sifat haemofagi ini, Triatoma rubrofasciata dikenal sebagai salah satu vektor penyakit epidemi di dunia.
[EN] Triatoma rubrofasciata, an insect belonging to the Reduviidae family (Order Hemiptera), is known as a blood-sucking insect (haemophagy). This insect has a long, modified mouth that folds under the head. This mouth is moved forward when used to bite and suck the blood of its hosts such as birds, mammals, and even humans. Due to the nature of this haemophagy, Triatoma rubrofasciata is known as one of the epidemic disease vectors in the world.
HTMLText_B1B43820_825D_FD5B_41E0_40B62DEDE5EE.html = ___
Koleksi Invertebrata
Invertebrate Collections
[ID] Selain koleksi cangkang, Museum Zoologi ITB juga memiliki koleksi awetan basah invertebrata yang disimpan dalam cairan preservasi seperti pada contoh awetan gurita pada gambar yang ditunjukkan. Secara keseluruhan, museum ini menyimpan sekitar 700 spesimen dari 277 spesies invertebrata. Sebagian besar koleksi didapatkan oleh Prof. Heegaard dari perairan Indonesia bagian Timur.
[EN] In addition to the shell collection, Museum Zoologi ITB also has a collection of invertebrates stored in preserved liquid, such as the preserved octopus in the picture. In total, the museum houses around 700 specimens from 277 species of invertebrates. Most of them were obtained by Prof. Heegaard from seas in eastern Indonesia.
HTMLText_B78EBBAF_82C4_B2A5_41AC_D08B6B7E9198.html = ___
Burung bertanduk
The Horned Bird
[ID] Keluarga burung rangkong (Famili Bucerotidae) dikenal karena memiliki balung, sebuah struktur unik seperti tanduk diatas paruh yang berfungsi sebagai penambah resonansi suara. Setiap spesies rangkong memiliki warna, ukuran, serta bentuk balung yang berbeda. Saat ini, sebagian besar spesies burung rangkong dilindungi di Indonesia karena keberadaannya yang sangat vital sebagai “petani” di hutan. Sayangnya, balung dari rangkong masih diburu untuk dijadikan hiasan.
[EN] The hornbills (Family Bucerotidae) is known for having a casque, a unique horn-like structure above the beak that functions as a resonant enhancer. Each species of hornbill has a different color, size and shape of the casque. Currently, most of the hornbill species are protected in Indonesia because of their vital presence as “farmers” in the forest. Unfortunately, the hornbill’s casques are still being hunted for decoration
HTMLText_B7B0FBC0_82C4_B2DB_41CB_B019443F8C46.html = ___
Warna-Warni Perkici
The Colorful Lorikeet
[ID] Penampakkan warna pada kelompok burung paruh bengkok (Famili Psittaculidae) sangat bervariasi dan menarik. Hal tersebut berlaku juga untuk kelompok burung perkici (Marga Trichoglossus). Setiap kombinasi warna pada kelompok burung ini dapat dibedakan dengan mudah. Selain itu, burung dengan warna tertentu hanya dapat ditemukan pada area terbatas (endemik) sehingga dapat dijadikan penentu identifikasi spesies. Sayangnya, oleh karena warnanya yang menarik, kelompok burung perkici dan burung paruh bengkok lain pada umumnya sering diburu untuk dipelihara sebagai burung pajangan.
[EN] The color appearance of the parrots (Family Psittaculidae) is very varied and interesting. This also applies to the lorikeet (Genus Trichoglossus). Each color combination in this group of birds can be distinguished easily. In addition, birds with certain colors can only be found in a limited area (endemic) so that their color can be used as determinants of species identification. Unfortunately, because of their attractive color, groups of lorikeets and other parrots are commonly hunted for ornamental pets.
HTMLText_B7B5ABD1_82C4_B2FD_41C8_3A010543BD71.html = ___
Burung Penyelam
The Diving Bird
[ID] Burung pecuk dikenal sebagai burung penyelam. Burung ini biasa berburu ikan yang diawali dengan berenang mengambang diatas perairan. Setelah menemukan ikan target, burung ini kemudian memasukkan tubuhnya ke dalam air dan menyelam untuk mendapatkan ikan tersebut. Hal ini didukung dengan leher yang panjang, sayap yang ramping serta jari kaki dengan selaput renang yang penuh. Setelah menyelam, burung ini biasa mengeringkan diri dengan cara membuka lebar sayapnya.
[EN] Cormorants are known as diving birds. They hunt fishes, usually started by swimming afloat on the water. After finding the prey, then they immerse their body in the water and dive to find the fish, supported by their long neck, slender wings and toes with a full swimming membrane. After diving, these birds usually dry themselves by opening their wings apart on land.
HTMLText_B7B7ABE2_82C4_B2DF_41CB_9E43D6519752.html = ___
Burung Pantai
The Shorebird
[ID] Berbeda dengan burung penyelam, burung pantai memiliki kaki panjang dengan jari kaki yang tidak berselaput sama sekali. Hal ini berkaitan dengan tempat hidup dari burung tersebut berupa daerah pasang surut, lahan basah atau pantai. Selain itu, paruh burung pantai biasanya memiliki bentuk yang termodifikasi dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan tempat hidup dan makanan yang spesifik berupa serangga air, krustasea, sampai ikan kecil. Sebagian burung pantai memiliki kemampuan migrasi yang jauh hingga sampai 21.000 km. Hal ini dilakukan umumnya untuk mencari habitat yang memiliki ketersediaan makanan yang cukup atau yang mendukung proses reproduksinya.
[EN] In contrast to diving birds, shorebirds have long legs with toes that are not webbed at all. This relates to the place where the bird lives in the form of tidal areas, wetlands or beaches. In addition, shorebird beaks usually have a modified shape with varying sizes according to the specific place of life and food in the form of aquatic insects, crustaceans, to small fish. Some shorebirds have the ability to migrate as far as 21.000 km. Generally, they will migrate to find habitats that have good food availability or supportive for their reproduction.
HTMLText_BD405799_82CC_D36D_41DD_63FBD1346AD0_mobile.html = ___
Koleksi Invertebrata
Invertebrate Collections
[ID] Selain koleksi cangkang, Museum Zoologi ITB juga memiliki koleksi awetan basah invertebrata yang disimpan dalam cairan preservasi seperti pada contoh awetan gurita pada gambar yang ditunjukkan. Secara keseluruhan, museum ini menyimpan sekitar 700 spesimen dari 277 spesies invertebrata. Sebagian besar koleksi didapatkan oleh Prof. Heegaard dari perairan Indonesia bagian Timur.
[EN] In addition to the shell collection, Museum Zoologi ITB also has a collection of invertebrates stored in preserved liquid, such as the preserved octopus in the picture. In total, the museum houses around 700 specimens from 277 species of invertebrates. Most of them were obtained by Prof. Heegaard from seas in eastern Indonesia.
HTMLText_BD4F67BC_82CC_D2AB_41D1_A7D674092526_mobile.html = ___
Si Penghisap Darah
The Blood Sucker
[ID] Triatoma rubrofasciata, serangga yang termasuk ke dalam Famili Reduviidae (Ordo Hemiptera) ini dikenal sebagai serangga penghisap darah (haemofagi). Serangga ini memiliki mulut termodifikasi berbentuk panjang yang terlipat di bawah kepala. Mulut ini digerakkan ke depan jika akan digunakan untuk menggigit dan menghisap darah inangnya seperti burung, mamalia, bahkan manusia. Oleh karena sifat haemofagi ini, Triatoma rubrofasciata dikenal sebagai salah satu vektor penyakit epidemi di dunia.
[EN] Triatoma rubrofasciata, an insect belonging to the Reduviidae family (Order Hemiptera), is known as a blood-sucking insect (haemophagy). This insect has a long, modified mouth that folds under the head. This mouth is moved forward when used to bite and suck the blood of its hosts such as birds, mammals, and even humans. Due to the nature of this haemophagy, Triatoma rubrofasciata is known as one of the epidemic disease vectors in the world.
HTMLText_C2511981_825B_BF5D_41DA_EF1A397C3FFC_mobile.html = ___
Burung bertanduk
The Horned Bird
[ID] Keluarga burung rangkong (Famili Bucerotidae) dikenal karena memiliki balung, sebuah struktur unik seperti tanduk diatas paruh yang berfungsi sebagai penambah resonansi suara. Setiap spesies rangkong memiliki warna, ukuran, serta bentuk balung yang berbeda. Saat ini, sebagian besar spesies burung rangkong dilindungi di Indonesia karena keberadaannya yang sangat vital sebagai “petani” di hutan. Sayangnya, balung dari rangkong masih diburu untuk dijadikan hiasan.
[EN] The hornbills (Family Bucerotidae) is known for having a casque, a unique horn-like structure above the beak that functions as a resonant enhancer. Each species of hornbill has a different color, size and shape of the casque. Currently, most of the hornbill species are protected in Indonesia because of their vital presence as “farmers” in the forest. Unfortunately, the hornbill’s casques are still being hunted for decoration.
HTMLText_C254E9A3_825B_BF5D_41DA_9A40EEF743C4_mobile.html = ___
Warna-Warni Perkici
The Colorful Lorikeet
[ID] Penampakkan warna pada kelompok burung paruh bengkok (Famili Psittaculidae) sangat bervariasi dan menarik. Hal tersebut berlaku juga untuk kelompok burung perkici (Marga Trichoglossus). Setiap kombinasi warna pada kelompok burung ini dapat dibedakan dengan mudah. Selain itu, burung dengan warna tertentu hanya dapat ditemukan pada area terbatas (endemik) sehingga dapat dijadikan penentu identifikasi spesies. Sayangnya, oleh karena warnanya yang menarik, kelompok burung perkici dan burung paruh bengkok lain pada umumnya sering diburu untuk dipelihara sebagai burung pajangan.
[EN] The color appearance of the parrots (Family Psittaculidae) is very varied and interesting. This also applies to the lorikeet (Genus Trichoglossus). Each color combination in this group of birds can be distinguished easily. In addition, birds with certain colors can only be found in a limited area (endemic) so that their color can be used as determinants of species identification. Unfortunately, because of their attractive color, groups of lorikeets and other parrots are commonly hunted for ornamental pets.
HTMLText_C260C9EA_825B_BEAF_41DC_04C8D0CE00F9_mobile.html = ___
Burung Pantai
The Shorebird
[ID] Berbeda dengan burung penyelam, burung pantai memiliki kaki panjang dengan jari kaki yang tidak berselaput sama sekali. Hal ini berkaitan dengan tempat hidup dari burung tersebut berupa daerah pasang surut, lahan basah atau pantai. Selain itu, paruh burung pantai biasanya memiliki bentuk yang termodifikasi dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan tempat hidup dan makanan yang spesifik berupa serangga air, krustasea, sampai ikan kecil. Sebagian burung pantai memiliki kemampuan migrasi yang jauh hingga sampai 21.000 km. Hal ini dilakukan umumnya untuk mencari habitat yang memiliki ketersediaan makanan yang cukup atau yang mendukung proses reproduksinya.
[EN] In contrast to diving birds, shorebirds have long legs with toes that are not webbed at all. This relates to the place where the bird lives in the form of tidal areas, wetlands or beaches. In addition, shorebird beaks usually have a modified shape with varying sizes according to the specific place of life and food in the form of aquatic insects, crustaceans, to small fish. Some shorebirds have the ability to migrate as far as 21.000 km. Generally, they will migrate to find habitats that have good food availability or supportive for their reproduction.
HTMLText_C26E29C6_825B_BEE7_41D7_F30232774061_mobile.html = ___
Burung Penyelam
The Diving Bird
[ID] Burung pecuk dikenal sebagai burung penyelam. Burung ini biasa berburu ikan yang diawali dengan berenang mengambang diatas perairan. Setelah menemukan ikan target, burung ini kemudian memasukkan tubuhnya ke dalam air dan menyelam untuk mendapatkan ikan tersebut. Hal ini didukung dengan leher yang panjang, sayap yang ramping serta jari kaki dengan selaput renang yang penuh. Setelah menyelam, burung ini biasa mengeringkan diri dengan cara membuka lebar sayapnya.
[EN] Cormorants are known as diving birds. They hunt fishes, usually started by swimming afloat on the water. After finding the prey, then they immerse their body in the water and dive to find the fish, supported by their long neck, slender wings and toes with a full swimming membrane. After diving, these birds usually dry themselves by opening their wings apart on land.
HTMLText_C78C2FFE_8659_0558_41C5_449D6F2030EA.html = ___
Burung Surga
Bird of Paradise
[ID] Burung cendrawasih (Famili Paradisaeidae) merupakan burung yang sangat indah. Burung ini memiliki dimorfisme seksual dimana betina memiliki bulu yang monoton dan tidak mencolok (biasanya berwarna coklat dengan perut lurik atau hitam polos) dan cenderung tidak memiliki modifikasi. Selain itu perilakunya pun normal seperti burung pada umumnya. Hal ini berbanding terbalik dengan individu jantan pada setiap spesies. Burung cendrawasih jantan biasanya “bebas berekspresi” dari segi warna dan modifikasi bulu. Selain itu, perilaku individu jantan tiap spesies juga memiliki keunikan tersendiri. Dengan keindahan bulu yang berwarna-warni, ditambah modifikasi bulu yang bermacam-macam seperti bulu yang menyerupai kipas hingga kawat melingkar, serta perilaku yang unik seperti tarian ritual dan nyanyian merdu membuat kelompok burung ini dinamakan burung surga. Hal ini semata-mata dilakukan untuk memikat individu betina dan bereproduksi untuk kelangsungan hidup tiap spesies burung tersebut. “Kebebasan berekspresi” ini salah satunya dipengaruhi oleh minimnya predator besar di Indonesia Timur, sehingga individu jantan tidak perlu khawatir terlihat mencolok karena warnanya yang kontras ataupun diterkam oleh predator pada saat melakukan tarian ritual untuk memikat betina. Untuk menjaga keindahan dan kelestariannya, sebagian besar spesies burung cendrawasih telah dilindungi di Indonesia.
[EN] Birds of paradise (Family Paradisaeidae) are very beautiful. These birds have sexual dimorphism in which the female has monotone and inconspicuous feathers (usually brown with a striated belly or plain black) and tends have no morphological modification. Besides that, their behavior is normal like other birds in general, which is very contrast to the individual male in each species. Male birds of paradise usually have more "freedom of expression" in terms of color and feather modification. In addition, their behavior is unique. With the beauty of colorful feathers, plus various feather modifications such as feathers that resemble fans to coiled wires, as well as unique behaviors such as ritual dances and melodious songs, this bird conspicuous group is called the bird of paradise. This is solely done to attract individual females and reproduce for the survival of their species. This "freedom of expression" is influenced by the lack of large predators in Eastern Indonesian natural habitats, so that male individuals do not have to worry about being visible because of their contrasting colors or being attacked by predators when performing ritual dances to attract females. To maintain its beauty and sustainability, most birds of paradise species have been protected in Indonesia.
HTMLText_C7AC37F4_EEF1_A57F_41E4_4837580062DA_mobile.html = ___
Koleksi buku
Book Collections
[ID] Koleksi buku referensi mengenai taksonomi hewan dan zoologi dari tahun 1800an hingga sekarang yang meliputi invertebrata, ikan, amfibi, reptil, burung dan mamalia. Buku ini biasa dipakai untuk keperluan identifikasi dan determinasi hewan. Buku ini dapat dipinjam secara gratis sebagai tambahan referensi untuk berbagai keperluan seperti penelitian dan pembuatan bahan kuliah.
[EN] Collection of reference books about Animal Taxonomy and Zoology since the 1800s, covering various subjects such as: invertebrate, fish, amphibian, reptile, bird and mammal. These books are usually used for animal identification and determination and can be borrowed free of charge as references for different purposes such as research and academic purposes.
HTMLText_C891481C_944C_2D4B_41D8_A43EC2A43307_mobile.html = ___
Si Penari Ekor yang Mematikan
The Deadly Tail-Dancer)
[ID] Ular derik kayu (Crotalus horridus), seperti halnya ular derik lain, memiliki ujung ekor yang tersusun atas banyak ruang segmen terkeratinisasi dan saling terkunci. Hal ini membuat ekor ular tersebut dapat berbunyi seperti marakas jika digerakkan. Perilaku tersebut dilakukan sebagai penanda akan ancaman atau gangguan dari hewan yang lebih besar atau manusia yang diterima ular tersebut. Gerakan ekor dibarengi dengan posisi tubuh yang membentuk huruf “S” sebagai ancang-ancang untuk menyerang. Jika pengganggu menghiraukan alarm tersebut, maka ular ini akan mengeluarkan senjata terakhirnya berupa gigitan berbisa tinggi. Bisa dikeluarkan dari kelenjar bisa yang tersambung dengan gigi taring panjang yang bisa dilipat (seperti ditunjukkan pada gambar). Bisa biasanya bersifat miotoksik yang menyerang otot.
[EN] The timber rattlesnake (Crotalus horridus), like other rattlesnakes, has a tail-end that is composed of many keratinized and locked segmented spaces. This makes the snake's tail sound like a maracas when it’s moving. This behavior is carried out as an alarm or marker of disturbance from larger animals or humans that the snake receives. The tail movement is accompanied by a body position forming the letter "S" as a stance to attack. If the intruder ignores the alarm, this snake will issue its last weapon in the form of a highly venomous bite. The venom can be released from the venom glands that are connected by long foldable fangs (as shown in the picture). The venom is usually a myotoxic which can affect muscles of its victims.
HTMLText_CA2AFCBF_81C5_D6A5_41C2_4D65B2C17C4F.html = ___
Keluarga Merpati
Pigeons And Doves
[ID] Museum Zoologi ITB memiliki koleksi keluarga burung merpati (Famili Columbidae) sebanyak 11 individu dari 9 spesies. Salah satu koleksi merpati yang menarik adalah burung junai emas (Caloenas nicobarica). Burung ini memiliki perawakan seperti ayam dengan bentuk kaki pejalan dan ekor yang pendek. Ciri khas yang membedakan spesies ini dengan ayam adalah bentuk paruh yang membulat, bentuk badan yang terlihat gempal dan tidak memiliki jawer di kepala seperti halnya kelompok merpati yang lain. Meskipun tersebar luas dari mulai Kepulauan Nicobar di barat hingga Kepulauan Solomon di timur, junai emas masuk ke dalam kategori nyaris terancam (IUCN). Hal ini salah satunya akibat dari alih fungsi lahan dan perburuan liar. Selain itu, preferensi burung ini cenderung memilih habitat di pulau yang terpencar sehingga populasinya terpecah-pecah.
[EN] Museum Zoologi ITB has a collection of 11 individuals from 9 species of pigeons and doves (Family Columbidae). One of the interesting collections is Nicobar pigeon (Caloenas nicobarica). This bird looks like chicken with walking feet and a short tail. The characteristics that distinguish this species from chickens are its rounded beak shape, body shape that looks chunky and that it does not have a comb on top of its head like other groups of pigeons. Although it is distributed widely from the Nicobar Islands in the west to the Solomon Islands in the east, its wild population is categorized as near threatened (IUCN), mainly as the consequence of land use change and illegal hunting. In addition, this species tends to live on on scattered small islands so that its population is naturally fragmented.
HTMLText_CA315C95_81C5_D565_41DB_5FC1C4C654AF.html = ___
Koleksi Burung Kicau
Songbird Collections
[ID] Museum zoologi ITB memiliki koleksi burung kicau dari Ordo Passeriformes. Koleksi yang dimiliki berjumlah 57 individu dari 44 spesies dalam 25 famili. Salah satu koleksi burung kicau yang dimiliki adalah burung poksai kuda (Garrulax rufifrons). Burung endemik pegunungan Pulau Jawa ini kini berstatus terancam punah. Burung ini diperkirakan hanya berjumlah sekitar 249 ekor lagi di alam. Perburuan liar dan habitat di pegunungan yang semakin menyempit merupakan salah satu penyebab penurunan populasi dari burung ini. Spesimen yang tersimpan di Museum Zoologi ITB ini mungkin akan menjadi salah satu saksi sejarah eksistensi burung kicau yang pernah hidup di alam dan sekarang mulai terancam oleh perburuan dan hilangnya habitat.
[EN] Museum Zoologi ITB has a collection of song birds from the Order Passeriformes with 57 specimens from 44 species of 25 families in total. One of them is the rufous-fronted laughingthrush (Garrulax rufifrons). This Javan mountain endemic bird is now being critically endangered. It is estimated that there are only about 249 individuals of this bird in nature. Poaching and habitat loss in the mountains is one of the causes of its population decline. The specimens stored here may serve as a witness to its historical existence in nature from the time when it was abundant till now when it is threatened by hunting and habitat loss.
HTMLText_CA35CCAB_81C5_D6AD_41D0_CD539A973639.html = ___
Burung Peniru
The Copycat Bird
[ID] Suara merupakan sinyal komunikasi yang sangat penting bagi burung. Suara dapat menjadi alat ampuh bagi burung untuk mempertahankan teritori dan memikat individu betina pada saat musim kawin. Kemampuan belajar menirukan suara pada burung terjadi pada periode tertentu dalam hidupnya, tergantung dari spesies burung tersebut. Burung beo (Gracula religiosa) dikenal sebagai burung yang dapat menirukan banyak suara termasuk suara manusia. Oleh karena itu, burung ini termasuk salah satu burung kicau yang digemari karena kemampuannya tersebut. Pemelihara dapat mengajari burung ini untuk mengucapkan salam dan kata-kata lainnya. Sayangnya, kemampuan tersebut mungkin akan menyulitkan burung tersebut ketika akan mencari pasangan karena suara panggilan jantan yang dibutuhkan oleh betina adalah suara asli dari burung tersebut, bukan hasil latihan yang diajarkan oleh manusia.
[EN] Sound and vocalization are very important communication signals for birds. It can be powerful tools for birds to defend their territory and attract females (for males) during the mating season. The learning ability to imitate sounds in birds occurs at certain periods of their life, depending on their species. Common hill mynas (Gracula religiosa) are known as birds that can imitate many sounds, including human voices. Therefore, this bird is one of the most popular pet birds favored for its mimicking ability. The keeper can teach this bird to say greetings and other words. Unfortunately, this ability may make it difficult for the bird to find a mate because the male call sound needed by the female is the original vocalization of the bird, not the human trained one.
HTMLText_CA387C6A_81C5_D5AF_41C5_EC08215784C9.html = ___
Si Pembasmi Tikus
The Rat’s Exterminator
[ID] Burung hantu merupakan salah satu burung nokturnal yang bisa ditemukan hampir di seluruh dunia. Salah satu jenis yang paling umum adalah serak jawa (Tyto alba). Serak jawa
memiliki habitat yang bervariasi mulai dari area pegunungan berbatu, perkebunan, padang rumput hingga pemukiman manusia. Serak jawa dan burung hantu lainnya memiliki peran yang sangat penting di alam. Kelompok ini merupakan salah satu kelompok burung pemangsa yang sangat efisien dan efektif dalam mengontrol populasi hewan pengerat seperti tikus. Burung ini memiliki pencernaan yang cepat sehingga setiap hari dapat berburu tikus dan mengimbangi daya reproduksi tikus yang sangat cepat juga. Sayangnya, serak jawa dan burung hantu lainnya saat ini populer dijadikan sebagai hewan peliharaan sehingga jumlahnya semakin menurun di alam. Hal tersebut kemungkinan menjadi salah satu penyebab ledakan populasi tikus liar hingga maraknya mereka menjadi hama di pemukiman manusia.
[EN] Owl is one of the nocturnal birds that can be found almost all over the world. One of the most common types is barn owl (Tyto alba). Barn owl inhabits rocky mountainous areas, plantations, grasslands to human settlements. Barn owl and other owls have a very important role in nature. This group is very efficient and effective in controlling rodent populations such as rats. This bird has fast digestion so that every day it can hunt rats and compensate for the very fast reproductive power of rats as well. Unfortunately, the barn owl and other owls are currently popular as pets, so their numbers are decreasing in nature. This is likely to be one of the causes of the explosion in the population of wild rats as well as the commonness of them becoming pests in human settlements.
HTMLText_CA3C3C84_81C5_D55B_41AE_A810FCC486A2.html = ___
Burung Pemangsa Terkecil
The Smallest Raptors
[ID] Alap-alap capung (Microhierax fringillarius) merupakan salah satu burung pemangsa terkecil di dunia. Burung ini hanya berukuran sekitar 15 cm, bahkan lebih kecil dari burung kutilang. Meskipun begitu, burung ini memiliki ciri khas burung pemangsa seperti paruh yang tajam dan kuat serta kaki pencengkram seperti burung alap-alap dan elang pada umumnya. Burung ini memiliki spesialisasi untuk memangsa serangga seperti ngengat, kupu-kupu, capung, hingga tonggeret saat terbang. Selain itu, burung kecil dan kadal merupakan salah satu mangsa dari burung ini.
[EN] The black-thighed falconet (Microhierax fringillarius) is one of the world's smallest birds of prey. This bird is only about 15 cm in size, even smaller than the bulbuls. Even so, this bird has the characteristics of birds of prey such as a sharp and strong beak and gripping legs such as kestrels and eagles in general. This bird specializes in preying on insects such as moths, butterflies, dragonflies, and cicadas while flying. In addition, small birds and lizards are one of its preys.
HTMLText_CD10AF83_9444_633D_41D8_06703DD34777.html = ___
Tengkorak Ikan
The Fish’s Skull
[ID] Kita mungkin sering menemukan rangkaian tulang kepala ikan kakap putih (Lates calcarifer) ini di kehidupan sehari-hari. Hal ini terjadi karena ikan ini merupakan salah satu bahan masakan yang sudah populer di masyarakat Indonesia. Kepala ikan ini biasanya dijadikan bahan dasar masakan berkuah seperti gulai atau sup. Daging di bagian samping kepala yang lembut serta kulit yang kenyal dapat dipisahkan menggunakan tangan dengan mudah dari tulangnya. Setelah itu, tulang kepala yang sudah bersih biasanya langsung dibuang. Dalam ilmu zoologi dan anatomi, perlakuan terhadap tulang kepala ikan ini berbeda. Seperti yang terlihat pada gambar, tulang belulang kepala dari ikan yang sudah mati kemudian dapat dirangkai kembali dengan menggunakan kawat khusus dan dinomori sesuai dengan posisi asli dari tulang tersebut. Hasil artikulasi rangka kepala ikan ini kemudian dapat dijadikan sebagai bahan ajar misalnya dalam studi anatomi. Satu hal yang dibutuhkan untuk menangani tulang kepala ikan ini baik pada saat makan ataupun saat membuat artikulasi rangka adalah ketelitian yang tinggi.
[EN] We may often find this of barramundi (Lates calcarifer) head bones in everyday life. This happens because this fish is one of the most popular cooking ingredients in Indonesian culinary culture. It is usually used as a basic ingredient in soup dishes such as curry or fish soup. The tender flesh on the side of its head and its supple skin can easily be separated by hand from the bones. After that, the clean head bone is usually immediately thrown away. In zoology and anatomy, the treatment of fish head bones is different. As you can see in the picture, the bones of the head of the dead fish can then be re-assembled using a special wire and numbered according to the original position of the bones. The resulted articulation can then be used as teaching material, for example in anatomy studies. The most important thing that is needed to handle the fish head bones either when eating or when making skeletal articulations is a high level of accuracy.
HTMLText_CEFE9F6C_9444_23CB_41DA_DE75BB0D1DE6_mobile.html = ___
Tengkorak Ikan
The Fish’s Skull
[ID] Kita mungkin sering menemukan rangkaian tulang kepala ikan kakap putih (Lates calcarifer) ini di kehidupan sehari-hari. Hal ini terjadi karena ikan ini merupakan salah satu bahan masakan yang sudah populer di masyarakat Indonesia. Kepala ikan ini biasanya dijadikan bahan dasar masakan berkuah seperti gulai atau sup. Daging di bagian samping kepala yang lembut serta kulit yang kenyal dapat dipisahkan menggunakan tangan dengan mudah dari tulangnya. Setelah itu, tulang kepala yang sudah bersih biasanya langsung dibuang. Dalam ilmu zoologi dan anatomi, perlakuan terhadap tulang kepala ikan ini berbeda. Seperti yang terlihat pada gambar, tulang belulang kepala dari ikan yang sudah mati kemudian dapat dirangkai kembali dengan menggunakan kawat khusus dan dinomori sesuai dengan posisi asli dari tulang tersebut. Hasil artikulasi rangka kepala ikan ini kemudian dapat dijadikan sebagai bahan ajar misalnya dalam studi anatomi. Satu hal yang dibutuhkan untuk menangani tulang kepala ikan ini baik pada saat makan ataupun saat membuat artikulasi rangka adalah ketelitian yang tinggi.
[EN] We may often find this of barramundi (Lates calcarifer) head bones in everyday life. This happens because this fish is one of the most popular cooking ingredients in Indonesian culinary culture. It is usually used as a basic ingredient in soup dishes such as curry or fish soup. The tender flesh on the side of its head and its supple skin can easily be separated by hand from the bones. After that, the clean head bone is usually immediately thrown away. In zoology and anatomy, the treatment of fish head bones is different. As you can see in the picture, the bones of the head of the dead fish can then be re-assembled using a special wire and numbered according to the original position of the bones. The resulted articulation can then be used as teaching material, for example in anatomy studies. The most important thing that is needed to handle the fish head bones either when eating or when making skeletal articulations is a high level of accuracy.
HTMLText_CFDB9BA9_865F_0DF8_41D9_52D587477C92.html = ___
Sang Raja di Hutan Sumatra
The King of Sumatran Jungle
[ID] Harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae) merupakan salah satu kucing besar yang menghuni hutan tropis di Pulau Sumatera. Harimau sumatra sekarang menjadi satu-satunya subspesies harimau yang hidup di Indonesia, setelah saudara terdekatnya yaitu harimau jawa dan harimau bali punah. Status konservasi harimau sumatra pun kian mengkhawatirkan. Saat ini harimau sumatra memiliki status terancam punah (kritis – IUCN), dengan beberapa ratus individu lagi yang tersisa di habitat alaminya. Perburuan liar dan hilangnya habitat menjadi salah satu faktor utama yang membuat populasi harimau ini menurun. Skin-mount ini diduga menjadi salah satu bukti perburuan harimau sumatra. Oleh karena itu, BKSDA Jakarta menitipkan spesimen harimau ini sebagai sarana edukasi dan penelitian akan pentingnya keberadaan harimau sumatra di alam sebagai sang raja hutan. Peran harimau sebagai predator puncak menjadi kunci pengendalian populasi mangsanya seperti babi hutan dan rusa di alam, sehingga kestabilan ekosistem dapat terjaga.
[EN] Sumatran tiger (Panthera tigris sumatrae) is one of big cats inhabit tropical forests on the island of Sumatra. Sumatran tiger is now the only tiger subspecies living in Indonesia, after its closest relatives, the Javan and Balinese tigers, became extinct. The conservation status of the Sumatran tiger is getting worse. Sumatran tiger is currently in critically endangered status (IUCN), with several hundred individuals remaining in its natural habitat. Poaching and habitat loss are main factors threatening its population. This skin-mount is thought to be one proof of Sumatran tiger hunting. Therefore, BKSDA Jakarta entrusted it as a means of education and research on the importance of the Sumatran tiger in nature as the king of the forest. The role of tigers as top predators is the key to controlling prey populations such as wild boar and deer in nature, so that the stability of the ecosystem can be maintained.
HTMLText_D21C3615_81FB_B565_41D9_933928E6D67A_mobile.html = ___
Keluarga Merpati
Pigeons And Doves
[ID] Museum Zoologi ITB memiliki koleksi keluarga burung merpati (Famili Columbidae) sebanyak 11 individu dari 9 spesies. Salah satu koleksi merpati yang menarik adalah burung junai emas (Caloenas nicobarica). Burung ini memiliki perawakan seperti ayam dengan bentuk kaki pejalan dan ekor yang pendek. Ciri khas yang membedakan spesies ini dengan ayam adalah bentuk paruh yang membulat, bentuk badan yang terlihat gempal dan tidak memiliki jawer di kepala seperti halnya kelompok merpati yang lain. Meskipun tersebar luas dari mulai Kepulauan Nicobar di barat hingga Kepulauan Solomon di timur, junai emas masuk ke dalam kategori nyaris terancam (IUCN). Hal ini salah satunya akibat dari alih fungsi lahan dan perburuan liar. Selain itu, preferensi burung ini cenderung memilih habitat di pulau yang terpencar sehingga populasinya terpecah-pecah.
[EN] Museum Zoologi ITB has a collection of 11 individuals from 9 species of pigeons and doves (Family Columbidae). One of the interesting collections is Nicobar pigeon (Caloenas nicobarica). This bird looks like chicken with walking feet and a short tail. The characteristics that distinguish this species from chickens are its rounded beak shape, body shape that looks chunky and that it does not have a comb on top of its head like other groups of pigeons. Although it is distributed widely from the Nicobar Islands in the west to the Solomon Islands in the east, its wild population is categorized as near threatened (IUCN), mainly as the consequence of land use change and illegal hunting. In addition, this species tends to live on on scattered small islands so that its population is naturally fragmented.
HTMLText_D241A5AB_81FB_B6AD_41D4_28E2E61B4D35_mobile.html = ___
Si Pembasmi Tikus
The Rat’s Exterminator
[ID] Burung hantu merupakan salah satu burung nokturnal yang bisa ditemukan hampir di seluruh dunia. Salah satu jenis yang paling umum adalah serak jawa (Tyto alba). Serak jawa
memiliki habitat yang bervariasi mulai dari area pegunungan berbatu, perkebunan, padang rumput hingga pemukiman manusia. Serak jawa dan burung hantu lainnya memiliki peran yang sangat penting di alam. Kelompok ini merupakan salah satu kelompok burung pemangsa yang sangat efisien dan efektif dalam mengontrol populasi hewan pengerat seperti tikus. Burung ini memiliki pencernaan yang cepat sehingga setiap hari dapat berburu tikus dan mengimbangi daya reproduksi tikus yang sangat cepat juga. Sayangnya, serak jawa dan burung hantu lainnya saat ini populer dijadikan sebagai hewan peliharaan sehingga jumlahnya semakin menurun di alam. Hal tersebut kemungkinan menjadi salah satu penyebab ledakan populasi tikus liar hingga maraknya mereka menjadi hama di pemukiman manusia.
[EN] Owl is one of the nocturnal birds that can be found almost all over the world. One of the most common types is barn owl (Tyto alba). Barn owl inhabits rocky mountainous areas, plantations, grasslands to human settlements. Barn owl and other owls have a very important role in nature. This group is very efficient and effective in controlling rodent populations such as rats. This bird has fast digestion so that every day it can hunt rats and compensate for the very fast reproductive power of rats as well. Unfortunately, the barn owl and other owls are currently popular as pets, so their numbers are decreasing in nature. This is likely to be one of the causes of the explosion in the population of wild rats as well as the commonness of them becoming pests in human settlements.
HTMLText_D26015FB_81FB_B6AD_41D4_74D1A68C937C_mobile.html = ___
Burung Peniru
The Copycat Bird
[ID] Suara merupakan sinyal komunikasi yang sangat penting bagi burung. Suara dapat menjadi alat ampuh bagi burung untuk mempertahankan teritori dan memikat individu betina pada saat musim kawin. Kemampuan belajar menirukan suara pada burung terjadi pada periode tertentu dalam hidupnya, tergantung dari spesies burung tersebut. Burung beo (Gracula religiosa) dikenal sebagai burung yang dapat menirukan banyak suara termasuk suara manusia. Oleh karena itu, burung ini termasuk salah satu burung kicau yang digemari karena kemampuannya tersebut. Pemelihara dapat mengajari burung ini untuk mengucapkan salam dan kata-kata lainnya. Sayangnya, kemampuan tersebut mungkin akan menyulitkan burung tersebut ketika akan mencari pasangan karena suara panggilan jantan yang dibutuhkan oleh betina adalah suara asli dari burung tersebut, bukan hasil latihan yang diajarkan oleh manusia.
[EN] Sound and vocalization are very important communication signals for birds. It can be powerful tools for birds to defend their territory and attract females (for males) during the mating season. The learning ability to imitate sounds in birds occurs at certain periods of their life, depending on their species. Common hill mynas (Gracula religiosa) are known as birds that can imitate many sounds, including human voices. Therefore, this bird is one of the most popular pet birds favored for its mimicking ability. The keeper can teach this bird to say greetings and other words. Unfortunately, this ability may make it difficult for the bird to find a mate because the male call sound needed by the female is the original vocalization of the bird, not the human trained one.
HTMLText_D26AB5DE_81FB_B6E7_4195_6615F542E1F0_mobile.html = ___
Koleksi Burung Kicau
Songbird Collections
[ID] Museum zoologi ITB memiliki koleksi burung kicau dari Ordo Passeriformes. Koleksi yang dimiliki berjumlah 57 individu dari 44 spesies dalam 25 famili. Salah satu koleksi burung kicau yang dimiliki adalah burung poksai kuda (Garrulax rufifrons). Burung endemik pegunungan Pulau Jawa ini kini berstatus terancam punah. Burung ini diperkirakan hanya berjumlah sekitar 249 ekor lagi di alam. Perburuan liar dan habitat di pegunungan yang semakin menyempit merupakan salah satu penyebab penurunan populasi dari burung ini. Spesimen yang tersimpan di Museum Zoologi ITB ini mungkin akan menjadi salah satu saksi sejarah eksistensi burung kicau yang pernah hidup di alam dan sekarang mulai terancam oleh perburuan dan hilangnya habitat.
[EN] Museum Zoologi ITB has a collection of song birds from the Order Passeriformes with 57 specimens from 44 species of 25 families in total. One of them is the rufous-fronted laughingthrush (Garrulax rufifrons). This Javan mountain endemic bird is now being critically endangered. It is estimated that there are only about 249 individuals of this bird in nature. Poaching and habitat loss in the mountains is one of the causes of its population decline. The specimens stored here may serve as a witness to its historical existence in nature from the time when it was abundant till now when it is threatened by hunting and habitat loss.
HTMLText_D27E95C3_81FB_B6DD_41B6_E81B536BA4E0_mobile.html = ___
Burung Pemangsa Terkecil
The Smallest Raptors
[ID] Alap-alap capung (Microhierax fringillarius) merupakan salah satu burung pemangsa terkecil di dunia. Burung ini hanya berukuran sekitar 15 cm, bahkan lebih kecil dari burung kutilang. Meskipun begitu, burung ini memiliki ciri khas burung pemangsa seperti paruh yang tajam dan kuat serta kaki pencengkram seperti burung alap-alap dan elang pada umumnya. Burung ini memiliki spesialisasi untuk memangsa serangga seperti ngengat, kupu-kupu, capung, hingga tonggeret saat terbang. Selain itu, burung kecil dan kadal merupakan salah satu mangsa dari burung ini.
[EN] The black-thighed falconet (Microhierax fringillarius) is one of the world's smallest birds of prey. This bird is only about 15 cm in size, even smaller than the bulbuls. Even so, this bird has the characteristics of birds of prey such as a sharp and strong beak and gripping legs such as kestrels and eagles in general. This bird specializes in preying on insects such as moths, butterflies, dragonflies, and cicadas while flying. In addition, small birds and lizards are one of its preys.
HTMLText_D2DFDFB1_9447_E35D_41C6_7EBF3D6902EE.html = ___
Katak Misterius
The Mysterious Frog
[ID] Seperti halnya kodok buduk, kodok belentung (Kaloula baleata) juga merupakan spesies katak kota yang dapat hidup di sekitar pemukiman kita. Meskipun begitu, katak ini biasa ditemukan jika memenuhi kondisi tertentu. Kondisi tersebut adalah awal musim hujan dimana hujan besar pertama menimbulkan genangan air yang dapat bertahan beberapa hari. Pada saat itu, katak ini akan keluar dari persembunyiannya di dalam tanah dan membuat semacam "konser gamelan" yang menarik para betina untuk bereproduksi. Jantan pilihan akan mendapatkan betina yang siap bertelur dan telur yang sudah dibuahi akan mengambang pada genangan tersebut. Jika hari berikutnya tidak hujan, biasanya katak ini tidak melakukan "konser" lagi dan mungkin kembali lagi ke tempat persembunyiannya.
[EN] Like the common Sunda toad, this black burrowing frog (Kaloula baleata) is also a species of “urban frog” that can live around our homes. Even so, individuals of this frog are common only if they meet certain conditions. This condition is the beginning of the rainy season where the first heavy rain creates puddles that can last several days. At that time, the males will come out from their hiding in the ground and create a kind of "concert" to attract females to reproduce. The selected male will get a female that is ready to lay eggs and the fertilized egg will float in the puddle. If there is no rain for the next day, then they will stop performing the "concerts" and may return to their own hiding place.
HTMLText_D2F61375_9444_E3C5_41DD_2A0870E538FC_mobile.html = ___
Katak Misterius
The Mysterious Frog
[ID] Seperti halnya kodok buduk, kodok belentung (Kaloula baleata) juga merupakan spesies katak kota yang dapat hidup di sekitar pemukiman kita. Meskipun begitu, katak ini biasa ditemukan jika memenuhi kondisi tertentu. Kondisi tersebut adalah awal musim hujan dimana hujan besar pertama menimbulkan genangan air yang dapat bertahan beberapa hari. Pada saat itu, katak ini akan keluar dari persembunyiannya di dalam tanah dan membuat semacam "konser gamelan" yang menarik para betina untuk bereproduksi. Jantan pilihan akan mendapatkan betina yang siap bertelur dan telur yang sudah dibuahi akan mengambang pada genangan tersebut. Jika hari berikutnya tidak hujan, biasanya katak ini tidak melakukan "konser" lagi dan mungkin kembali lagi ke tempat persembunyiannya.
[EN] Like the common Sunda toad, this black burrowing frog (Kaloula baleata) is also a species of “urban frog” that can live around our homes. Even so, individuals of this frog are common only if they meet certain conditions. This condition is the beginning of the rainy season where the first heavy rain creates puddles that can last several days. At that time, the males will come out from their hiding in the ground and create a kind of "concert" to attract females to reproduce. The selected male will get a female that is ready to lay eggs and the fertilized egg will float in the puddle. If there is no rain for the next day, then they will stop performing the "concerts" and may return to their own hiding place.
HTMLText_D46D7670_81C4_D5BB_41D9_0FA69E896B43.html = ___
Koleksi Ikan
Fish Collections
[ID] Museum Zoologi ITB saat ini memiliki koleksi ikan sebanyak 457 individu dari 301 spesies. Koleksi ikan yang dimiliki sangat bervariasi mulai dari kelompok yang umum ditemui seperti Ordo Cypriniformes (ikan mas dan sebagainya) dan Ordo Perciformes (Ikan gabus, gurami, mujair, dan sebagainya) hingga kelompok yang jarang ditemui seperti Ordo Scorpaeniformes (Ikan scorpion, ikan batu, dan sebagainya). Sebagian besar koleksi disimpan dalam botol berisi cairan preservatif alkohol 70%. Selain itu, terdapat juga beberapa koleksi awetan kering seperti artikulasi rangka kepala kakap putih serta skin-mount dari hiu.
[EN] Museum Zoologi ITB has a collection of fish totaling 457 individuals from 301 species, ranging from commonly encountered groups such as the Cypriniformes (goldfish and relatives) and the Perciformes (snakehead fish, gourami, tilapia, etc.) to rare groups such as the Scorpaeniformes (scorpion fish, stone fish, etc.). Most of the collection is stored in bottles containing 70% alcohol preservative liquid. In addition, there are also several collections of dry preserves such as the articulation of the barramundi skull and the skin-mount of a shark.
HTMLText_D5E967B5_81DC_D2A5_41CF_2BD7C1354641.html = ___
Ular Penyemprot
The Spitting Snake
[ID] Ular kobra jawa (Naja sputatrix) dikenal sebagai salah satu ular berbisa dari Famili Elapidae. Salah satu ciri ular yang masuk ke dalam famili tersebut adalah adanya taring bisa di depan rahang yang tidak bisa dilipat. Keunikan ular kobra dibandingkan dengan ular lainnya seperti ular welang, ular weling, ular cabe atau ular laut adalah posisi lubang pada taring bisa yang menghadap ke depan. Hal ini memungkinkan ular kobra untuk mengeluarkan bisa ke arah depan dengan cara menyemprotkannya. Penyemprotan bisa biasa dilakukan apabila ular merasa terancam oleh predator atau sesuatu yang lebih besar seperti manusia. Semprotan bisa biasanya ditargetkan pada mata pengancam sehingga dapat menyebabkan kebutaan sementara. Bisa yang terkena ke kulit biasanya tidak membahayakan.
[EN] The Javan spitting cobra (Naja sputatrix) is known as one of the venomous snakes of Elapidae family. One of the characteristics of snakes that belong to this family is the presence of venom fangs in front of the jaws that cannot be folded. The cobra's uniqueness compared to other snakes such as the kraits, coral snakes or sea snakes is the position of the holes in the venom's fangs facing forward. This allows the cobra to expel venom forward by spitting it. Spitting is common when the snake feels threatened by a predator or something larger like a human. The spit can usually be targeted at the eye of the threat and can cause temporary blindness. Venom exposed on the skin is usually harmless.
HTMLText_D5ED4785_81DC_D365_4181_5B16D3A347B8.html = ___
Koleksi Ular
Snake Collections
[ID] Museum Zoologi ITB saat ini memiliki koleksi reptil dari Subordo Serpentes (ular) sebanyak 233 individu dari 80 spesies dan 11 famili. Sebagian besar koleksi berasal dari Indonesia, hanya ular derik kayu (Crotalus horridus) dan ular Vipera berus yang berasal dari luar negeri. Ular dari Famili Colubridae dan Elapidae memiliki jumlah individu paling banyak. Sebagian besar koleksi disimpan dalam botol berisi cairan preservatif alkohol 70%. Beberapa individu ular diawetkan dalam bentuk skin-mount dan patung.
[EN] Museum Zoologi ITB currently has a collection of reptiles from the Suborder Serpentes (snakes) totaling 233 individuals from 80 species and 11 families. Most of the collection comes from Indonesia, only the timber rattlesnake (Crotalus horridus) and Vipera berus are originated from abroad. Snakes from the Colubridae and Elapidae families have the largest number of individuals. Most of the collection is stored in bottles containing 70% alcohol preservative liquid. Several individual snakes are preserved in the form of skin-mounts and reproduction mount.
HTMLText_D5EE9750_81DC_D3FB_41C6_D94A62147944.html = ___
Koleksi Kadal
Lizard Collections
[ID] Museum Zoologi ITB saat ini memiliki koleksi reptil dari Subordo Sauria sebanyak 176 individu dari 48 spesies. Kelompok tersebut meliputi biawak (Famili Varanidae), bunglon (Famili Agamidae), cicak dan tokek (Famili Gekkonidae), serta kadal (Famili Lacertidae dan Scincidae). Sebagian besar koleksi berasal dari Indonesia. Selain itu, beberapa koleksi berasal dari Amerika seperti bunglon dari Famili Chamaeleonidae, Crotaphytidae, Phrynosomatidae serta kadal dari Famili Dactyloidae dan Teiidae. Sebagian besar koleksi disimpan dalam botol berisi cairan preservatif alkohol 70%. Beberapa individu biawak diawetkan dalam bentuk skin-mount specimens.
[EN] Museum Zoologi ITB currently has a collection of reptiles from the Suborder Sauria totaling 176 individuals from 48 species. This group includes monitor lizards (Family Varanidae), agamid lizards (Family Agamidae), geckos (Family Gekkonidae), and grass-lizard (Family Lacertidae) and skinks (Family Scincidae). Most of the collections come from Indonesia. In addition, several collections came from America such as chameleons (Family Chamaeleonidae) and lizards (Family Crotaphytidae and Phrynosomatidae), and also lizards from the Dactyloidae and Teiidae families. Most of the collection is stored in bottles containing 70% alcohol preservative liquid. Several individual lizards are preserved in the form of skin-mount specimens.
HTMLText_D9128755_81C5_53E5_41D2_79B408800535_mobile.html = ___
Koleksi Ikan
Fish Collections
[ID] Museum Zoologi ITB saat ini memiliki koleksi ikan sebanyak 457 individu dari 301 spesies. Koleksi ikan yang dimiliki sangat bervariasi mulai dari kelompok yang umum ditemui seperti Ordo Cypriniformes (ikan mas dan sebagainya) dan Ordo Perciformes (Ikan gabus, gurami, mujair, dan sebagainya) hingga kelompok yang jarang ditemui seperti Ordo Scorpaeniformes (Ikan scorpion, ikan batu, dan sebagainya). Sebagian besar koleksi disimpan dalam botol berisi cairan preservatif alkohol 70%. Selain itu, terdapat juga beberapa koleksi awetan kering seperti artikulasi rangka kepala kakap putih serta skin-mount dari hiu.
[EN] Museum Zoologi ITB has a collection of fish totaling 457 individuals from 301 species, ranging from commonly encountered groups such as the Cypriniformes (goldfish and relatives) and the Perciformes (snakehead fish, gourami, tilapia, etc.) to rare groups such as the Scorpaeniformes (scorpion fish, stone fish, etc.). Most of the collection is stored in bottles containing 70% alcohol preservative liquid. In addition, there are also several collections of dry preserves such as the articulation of the barramundi skull and the skin-mount of a shark.
HTMLText_D941BF5A_86C0_7F63_41D0_63430740F2FE_mobile.html = ___
Koleksi Tertua
The Oldest Collection
[ID] Burung pelatuk kijang (Micropternus brachyurus brachyurus) ini merupakan koleksi tertua yang tersimpan di Museum Zoologi ITB. Burung ini dikoleksi pada tahun 1909 dari Pulau Jawa, Indonesia. Meski sudah lebih dari 100 tahun, kondisi koleksi burung ini masih baik dan bisa dijadikan sebagai bahan ajar dalam kegiatan perkuliahan.
[EN] This rufous woodpecker (Micropternus brachyurus brachyurus) is the oldest collection of Museum Zoologi ITB. It was collected in 1909 from Java, Indonesia. Despite its century old history, this collection is still in good condition and can be used as academic material for students from time to time.
HTMLText_D9884C57_81C4_D5E5_41D4_4E9F86454820_mobile.html = ___
Ular Penyemprot
The Spitting Snake
[ID] Ular kobra jawa (Naja sputatrix) dikenal sebagai salah satu ular berbisa dari Famili Elapidae. Salah satu ciri ular yang masuk ke dalam famili tersebut adalah adanya taring bisa di depan rahang yang tidak bisa dilipat. Keunikan ular kobra dibandingkan dengan ular lainnya seperti ular welang, ular weling, ular cabe atau ular laut adalah posisi lubang pada taring bisa yang menghadap ke depan. Hal ini memungkinkan ular kobra untuk mengeluarkan bisa ke arah depan dengan cara menyemprotkannya. Penyemprotan bisa biasa dilakukan apabila ular merasa terancam oleh predator atau sesuatu yang lebih besar seperti manusia. Semprotan bisa biasanya ditargetkan pada mata pengancam sehingga dapat menyebabkan kebutaan sementara. Bisa yang terkena ke kulit biasanya tidak membahayakan.
[EN] The Javan spitting cobra (Naja sputatrix) is known as one of the venomous snakes of Elapidae family. One of the characteristics of snakes that belong to this family is the presence of venom fangs in front of the jaws that cannot be folded. The cobra's uniqueness compared to other snakes such as the kraits, coral snakes or sea snakes is the position of the holes in the venom's fangs facing forward. This allows the cobra to expel venom forward by spitting it. Spitting is common when the snake feels threatened by a predator or something larger like a human. The spit can usually be targeted at the eye of the threat and can cause temporary blindness. Venom exposed on the skin is usually harmless.
HTMLText_D992DC49_81C4_D5ED_41D7_A34D53C0FCAE_mobile.html = ___
Koleksi Ular
Snake Collections
[ID] Museum Zoologi ITB saat ini memiliki koleksi reptil dari Subordo Serpentes (ular) sebanyak 233 individu dari 80 spesies dan 11 Famili. Sebagian besar koleksi berasal dari Indonesia, hanya ular derik kayu (Crotalus horridus) dan ular Vipera berus yang berasal dari luar negeri. Ular dari Famili Colubridae dan Elapidae memiliki jumlah individu paling banyak. Sebagian besar koleksi disimpan dalam botol berisi cairan preservatif alkohol 70%. Beberapa individu ular diawetkan dalam bentuk skin-mount dan patung.
[EN] Museum Zoologi ITB currently has a collection of reptiles from the Suborder Serpentes (snakes) totaling 233 individuals from 80 species and 11 families. Most of the collection comes from Indonesia, only the timber rattlesnake (Crotalus horridus) and Vipera berus are originated from abroad. Snakes from the Colubridae and Elapidae families have the largest number of individuals. Most of the collection is stored in bottles containing 70% alcohol preservative liquid. Several individual snakes are preserved in the form of skin-mounts and reproduction mount.
HTMLText_D99E3C3B_81C4_D5AD_41DC_AE79B19B9C2D_mobile.html = ___
Koleksi Kadal
Lizard Collections
[ID] Museum Zoologi ITB saat ini memiliki koleksi reptil dari Subordo Sauria sebanyak 176 individu dari 48 spesies. Kelompok tersebut meliputi biawak (Famili Varanidae), bunglon (Famili Agamidae), cicak dan tokek (Famili Gekkonidae), serta kadal (Famili Lacertidae dan Scincidae). Sebagian besar koleksi berasal dari Indonesia. Selain itu, beberapa koleksi berasal dari Amerika seperti bunglon dari Famili Chamaeleonidae, Crotaphytidae, Phrynosomatidae serta kadal dari Famili Dactyloidae dan Teiidae. Sebagian besar koleksi disimpan dalam botol berisi cairan preservatif alkohol 70%. Beberapa individu biawak diawetkan dalam bentuk skin-mount specimens.
[EN] Museum Zoologi ITB currently has a collection of reptiles from the Suborder Sauria totaling 176 individuals from 48 species. This group includes monitor lizards (Family Varanidae), agamid lizards (Family Agamidae), geckos (Family Gekkonidae), and grass-lizard (Family Lacertidae) and skinks (Family Scincidae). Most of the collections come from Indonesia. In addition, several collections came from America such as chameleons (Family Chamaeleonidae) and lizards (Family Crotaphytidae and Phrynosomatidae), and also lizards from the Dactyloidae and Teiidae families. Most of the collection is stored in bottles containing 70% alcohol preservative liquid. Several individual lizards are preserved in the form of skin-mount specimens.
HTMLText_DA0DAD26_8647_57A7_41B3_DC20620FD717_mobile.html = ___
Ilustrasi Hewan
Zoological Illustration
[ID] Museum Zoologi ITB memiliki koleksi ilustrasi hewan yang bisa dijadikan sebagai bahan ajar. Ilustrasi hewan yang dimiliki mencakup gambar hewan secara utuh seperti contoh hewan dalam kelompok Arachnida, kalajengking, dan Cephalopoda. Selain itu, terdapat juga ilustrasi kerangka tubuh hewan seperti tulang dari kelompok kuda, kerangka utuh burung air, hingga jaringan hewan. Meskipun kini sudah tidak umum digunakan, contoh ilustrasi hewan yang disimpan di sini merupakan bentuk catatan sejarah tentang bagaimana pembelajaran Biologi dilakukan di masa lampau.
[EN] Museum Zoologi ITB has a collection of zoological illustrations that used to be utilized as teaching materials in the past. The animal illustrations include complete animal images such as examples of animals in the Arachnid group, the scorpion, and the cephalopod. In addition, there are also illustrations of animal body skeletons such as the bones from horse groups, complete skeleton of water birds and also illustration of animal tissue. Even though it is not commonly used now, animal illustrations stored in this museum serve as historical records of how studying Biology was carried out in the past.
HTMLText_DB427F49_86C0_3F61_41C9_D09DAFA1A577_mobile.html = ___
Ular Kampus
Snakes around Campus
[ID] Koleksi museum zoologi bisa menjadi sumber informasi sejarah keberadaan suatu hewan di suatu wilayah. Ular cabe (Calliophis intestinalis) ini dikoleksi pada tahun 1985 di Jatinangor, sebuah wilayah tempat museum ini berada. Keberadaan ular berbisa ini masih ada hingga sekarang bahkan di dalam kampus yang sudah banyak dibangun gedung.
[EN] Museum collection can also record historical information for animal distribution in a particular area. This striped coral snake (Calliophis intestinalis) was collected in 1985 in Jatinangor, nearby the current location of MZI. This venomous snake still exists now even around buildings inside this campus.
HTMLText_DB4D1F67_86C0_3F21_41D4_442FA165DCC0_mobile.html = ___
Koleksi dari Luar Negeri Collection from Abroad
[ID] Berbagai koleksi Museum Zoologi ITB juga dapat berasal dari negara lain. Sebagai contoh, anakan aligator (Alligator mississippiensis) ini berasal dari Amerika Serikat. Selain aligator, beberapa koleksi amfibi dan reptil juga berasal dari Eropa dan Amerika Serikat. Koleksi ini sebagian besar dibeli dari institusi penyedia awetan untuk bahan ajar biologi seperti Turtox Collection, General Biological Supply House (Chicago), serta Linnaea Naturh. Institut (Berlin).
[EN] Several collections of Museum Zoologi ITB originated from abroad. For example, this juvenile alligator (Alligator mississippiensis) originated from USA. Beside it, some amphibian and reptile collections also came from Europe and USA. These collections were purchased from institutions which provide preserved specimens for biological study such as Turtox Collection, General Biological Supply House (Chicago), and Linnaea Naturh. Institut (Berlin).
HTMLText_DB622FB1_864D_52BD_4166_58E07CBCAC75_mobile.html = ___
Koleksi Awetan Kulit
Study-Skin Collections
[ID] Museum Zoologi ITB juga memiliki koleksi kulit hewan yang tidak dibentuk menjadi peragaan. Koleksi kulit hewan yang dimiliki berasal dari beberapa spesies burung dan mamalia. Pada tahun 1950-1960an, Max van Balgooy, seorang mahasiswa Departemen Biologi ITB aktif dalam mengoleksi dan melakukan taksidermi terhadap koleksi tersebut. Saat ini, koleksi kulit burung dan mamalia menjadi sangat berharga terutama untuk kegiatan penelitian dan pendidikan. Hal ini terjadi karena beberapa faktor seperti sulitnya mendapatkan spesimen burung dan mamalia yang mati, etika dalam pengoleksian spesimen burung dan mamalia, banyaknya spesies yang dilindungi, serta sedikitnya sumber daya manusia yang bisa melakukan taksidermi. Oleh karena itu, koleksi kulit ini merupakan aset berharga bagi Museum Zoologi ITB
[EN] Museum Zoologi ITB also has a collection of animal skins that are not made into skin-mount specimens. This collection of study-skins comes from several species of birds and mammals. In the 1950-1960s, Max van Balgooy, a student of the Department of Biology, ITB was active in collecting animal samples and making them into taxidermy. Nowadays, collections of bird and mammal study-skins are very valuable, especially for research and education activities. This occurs due to several factors such as the difficulty of obtaining dead bird and mammal specimens, ethics in collecting bird and mammal specimens, the number of protected species, and the lack of expertise in taxidermy. Therefore, these skin-mount specimen collection is a valuable asset for the museum.
HTMLText_E0E52D03_9AD9_0AA8_41D6_7D575989871D_mobile.html = ___
Batu Beracun
The Venomous Stone
[ID] Ikan batu (Famili Synanceiidae) merupakan salah satu hewan laut paling berbisa. Ikan ini dapat mengeluarkan bisa dari duri-duri pada sirip punggungnya ketika terancam. Bisa dari ikan ini dapat menyebabkan kematian bagi manusia jika tidak ditangani secara cepat. Seringkali kasus sengatan duri ikan batu pada manusia terjadi secara tidak sengaja seperti terinjak saat berjalan atau terpegang saat berenang di pantai berbatu. Hal ini terjadi karena ikan ini memiliki bentuk tubuh yang mirip dengan koral atau batu di dasar laut. Ikan ini dapat berkamuflase di habitatnya yang berupa perairan laut dangkal beriklim tropis dengan dasar berbatu atau banyak ditumbuhi koloni terumbu karang. Oleh karena itu, berhati-hatilah saat bermain di pantai berbatu.
[EN] Stone fish (Family Synanceiidae) are one of the most venomous marine animals which can release venom from the spines on its dorsal fin when threatened. Its venom is lethal for human if not treated quickly. More often than not, cases of stinging in humans occur accidentally, such as by being stepped or being touched while swimming on rocky beaches. This happens because these fish have a body shape similar to coral or rocks on the seabed so it can camouflage perfectly in a shallow tropical water with rocky bottoms or overgrown with coral reef colonies. Therefore, always be careful when playing on rocky beaches.
HTMLText_E430741C_864C_D56B_41B8_6A23C509BEF3_mobile.html = ___
Kupu-kupu dari Timur
Butterflies from The East
[ID] Indonesia Timur terkenal akan kekhasan flora dan fauna yang hidup di dalamnya. Kupu-kupu sayap burung (Ornithoptera spp.) merupakan salah satunya. Kupu-kupu ini memiliki kepakan sayap seperti burung sehingga diberi nama seperti itu. Selain itu, warnanya yang sangat cantik menambah keindahan dari kupu-kupu ini. Oleh karena hal ini pula, kupu-kupu ini banyak diburu dan diperjualbelikan. Saat ini, hampir semua spesies kupu-kupu sayap burung masuk ke dalam hewan yang dilindungi di Indonesia.
[EN] Eastern Indonesia is famous for the uniqueness of the flora and fauna that live in it. The birdwing butterflies (Ornithoptera spp.) are one of them. These butterflies have wings like those on birds, hence the name. In addition, their colors are very beautiful thus they are widely hunted and traded. Currently, almost all species of birdwing butterflies are protected by law in Indonesia.
HTMLText_E4338431_864C_D5BD_41B8_5E0524CDD48C_mobile.html = ___
Kumbang Jatinangor
Jatinangor Beetles
[ID] Kumbang badak (Xylotrupes gideon) merupakan salah satu spesies kumbang yang dapat ditemukan dengan mudah di area kampus ITB Jatinangor. Kumbang ini biasa ditemukan di bawah lampu penerang jalan kampus pada malam hari. Seringkali kumbang ini ditemukan sudah mati begitu saja atau tergilas roda kendaraan yang lewat. Beberapa mahasiswa Rekayasa Kehutanan SITH ITB kemudian mengumpulkan spesimen kumbang yang sudah mati untuk kemudian dijadikan awetan kering seperti terlihat pada gambar. Spesimen ini menjadi penting karena dapat digunakan sebagai bahan ajar dalam kegiatan praktikum di laboratorium.
[EN] The brown rhinoceros beetle (Xylotrupes gideon) is a species of beetle that can be found easily in ITB Jatinangor campus. These beetles are commonly found under campus street lights at night. Often these beetles are found dead or crushed by the wheels of passing vehicles. Several students of Forestry Engineering from SITH ITB collected specimens of the dead beetles which were then used to make dry-preserved specimens as shown in the picture. This specimen is important because it can be used as teaching material for practice in the laboratory.
HTMLText_E54D1479_9AA9_FB58_41C4_C9D07B8FDF00.html = ___
Sang Suvenir
The Souvenir
[ID] Penyu sisik (Eretmochelys imbricata) merupakan satu dari enam spesies penyu yang dapat ditemukan di perairan laut Indonesia. Penyu ini memiliki bentuk dan warna tempurung yang menarik. Bentuk sisik pada tempurung yang berselingkupan dengan corak lurik kecoklatan merupakan daya tarik tersendiri dari penyu ini sehingga banyak diburu untuk dijadikan sebagai suvenir. Saat ini, perburuan serta kepemilikan suvenir secara perorangan dari penyu sisik dilarang di Indonesia.
[EN] The hawksbill turtle (Eretmochelys imbricata) is one of six turtle species that can be found in Indonesian marine waters. This turtle has an interesting shell shape and color. The overlapping shape of the scales on the shell painted with brownish striated patterns is the main attraction of this turtle so that it is widely hunted to be used as souvenirs. Currently, hunting and individual possession of the hawksbill souvenirs is prohibited in Indonesia.
HTMLText_E56EFD94_8A6B_05A8_41DC_9C29939EA946_mobile.html = ___
Si Kecil dan Si Besar
The Tiny and The Giant
[ID] Katak memiliki perbedaan ukuran antara individu jantan dan betina dewasa. Perbedaan ini dikenal dengan dimorfisme seksual. Biasanya katak jantan dewasa memiliki ukuran yang lebih kecil daripada katak betina dewasa pada satu spesies yang sama. Selain itu, katak jantan dewasa juga memiliki tubuh yang lebih ramping. Perbedaan yang paling mencolok di antara keduanya dapat terlihat pada musim kawin. Katak jantan biasanya memiliki kantung suara di bawah lehernya, yang akan mengembang dan mengeluarkan suara yang khas untuk setiap spesiesnya. Suara ini diperuntukkan untuk menarik individu betina. Katak jantan juga memiliki bantalan pada ibu jarinya yang digunakan untuk mendekap betina pada saat kawin. Di sisi lain, katak betina memiliki perut yang besar dengan telur yang siap untuk dikeluarkan dan dibuahi oleh katak jantan.
[EN] Frogs have a difference in size between adult male and female individuals. This difference is known as sexual dimorphism. Usually adult male has a smaller size than female of the same species. In addition, male frogs also have a slimmer body. The most striking difference between them can be seen during mating season. Male frogs usually have a voice sac under their neck, which expands and makes a distinctive vocalisation for each species. This sound is produces to attract individual females. Male frogs also have nuptial pads that are used to hold the female during amplexus. On the other hand, female frogs have a large stomach with eggs that are ready to be externally fertilized by male frogs.
HTMLText_E5710867_8645_7DA5_418A_7DFD7F67CD6F.html = ___
Ilustrasi Hewan
Zoological Illustration
[ID] Museum Zoologi ITB memiliki koleksi ilustrasi hewan yang bisa dijadikan sebagai bahan ajar. Ilustrasi hewan yang dimiliki mencakup gambar hewan secara utuh seperti contoh hewan dalam kelompok Arachnida, kalajengking, dan Cephalopoda. Selain itu, terdapat juga ilustrasi kerangka tubuh hewan seperti tulang dari kelompok kuda, kerangka utuh burung air, hingga jaringan hewan. Meskipun kini sudah tidak umum digunakan, contoh ilustrasi hewan yang disimpan di sini merupakan bentuk catatan sejarah tentang bagaimana pembelajaran Biologi dilakukan di masa lampau.
[EN] Museum Zoologi ITB has a collection of zoological illustrations that used to be utilized as teaching materials in the past. The animal illustrations include complete animal images such as examples of animals in the Arachnid group, the scorpion, and the cephalopod. In addition, there are also illustrations of animal body skeletons such as bones from horse groups, the complete skeleton of water birds and also illustration of animal tissue. Even though it is not commonly used now, animal illustrations stored in this museum serve as historical records of how studying Biology was carried out in the past.
HTMLText_E57AD1A0_8A58_FDE8_41D5_B8DEDBBF9D9A.html = ___
Si Kecil dan Si Besar The Tiny and The Giant
[ID] Katak memiliki perbedaan ukuran antara individu jantan dan betina dewasa. Perbedaan ini dikenal dengan dimorfisme seksual. Biasanya katak jantan dewasa memiliki ukuran yang lebih kecil daripada katak betina dewasa pada satu spesies yang sama. Selain itu, katak jantan dewasa juga memiliki tubuh yang lebih ramping. Perbedaan yang paling mencolok di antara keduanya dapat terlihat pada musim kawin. Katak jantan biasanya memiliki kantung suara di bawah lehernya, yang akan mengembang dan mengeluarkan suara yang khas untuk setiap spesiesnya. Suara ini diperuntukkan untuk menarik individu betina. Katak jantan juga memiliki bantalan pada ibu jarinya yang digunakan untuk mendekap betina pada saat kawin. Di sisi lain, katak betina memiliki perut yang besar dengan telur yang siap untuk dikeluarkan dan dibuahi oleh katak jantan.
[EN] Frogs have a difference in size between adult male and female individuals. This difference is known as sexual dimorphism. Usually adult male has a smaller size than female of the same species. In addition, male frogs also have a slimmer body. The most striking difference between them can be seen during mating season. Male frogs usually have a voice sac under their neck, which expands and makes a distinctive vocalisation for each species. This sound is produces to attract individual females. Male frogs also have nuptial pads that are used to hold the female during amplexus. On the other hand, female frogs have a large stomach with eggs that are ready to be externally fertilized by male frogs.
HTMLText_E88BA039_8A6B_1AD8_41DB_B028FCCB8B49_mobile.html = ___
Salamander Panjang Umur The Long Lifespan Salamander
[ID] Proteus anguinus merupakan spesies salamander akuatik Eropa yang teradaptasi untuk hidup di dalam gua. Salamander ini memiliki ciri-ciri seperti kulit yang pucat, mata yang kecil, serta perkembangan yang lambat. Ciri-ciri tersebut merupakan salah satu karakter khas fauna yang hidup dalam kegelapan gua. Oleh karena lingkungan gua yang cenderung stabil dan bebas dari pemangsa, salamander air ini diprediksi dapat hidup hingga 102 tahun. Selain itu, salamader ini dapat bertahan hidup tanpa makanan hingga 10 tahun.
[EN] Proteus anguinus is a species of European aquatic salamander adapted for life in caves. These salamanders have features such as pale skin, small eyes, and slow development, which are typical characteristics of cave-dwelling animals. Because cave environment tends to be stable and free from predators, this water salamander is predicted to live up to 102 years. In addition, these salamaders can survive without food for up to 10 years.
HTMLText_EBD84014_8AAB_1AA8_41E1_45311CDD675F.html = ___
Salamander Panjang Umur
The Long Lifespan Salamander
[ID] Proteus anguinus merupakan spesies salamander akuatik Eropa yang teradaptasi untuk hidup di dalam gua. Salamander ini memiliki ciri-ciri seperti kulit yang pucat, mata yang kecil, serta perkembangan yang lambat. Ciri-ciri tersebut merupakan salah satu karakter khas fauna yang hidup dalam kegelapan gua. Oleh karena lingkungan gua yang cenderung stabil dan bebas dari pemangsa, salamander air ini diprediksi dapat hidup hingga 102 tahun. Selain itu, salamader ini dapat bertahan hidup tanpa makanan hingga 10 tahun.
[EN] Proteus anguinus is a species of European aquatic salamander adapted for life in caves. These salamanders have features such as pale skin, small eyes, and slow development, which are typical characteristics of cave-dwelling animals. Because cave environment tends to be stable and free from predators, this water salamander is predicted to live up to 102 years. In addition, these salamaders can survive without food for up to 10 years.
HTMLText_ECE8B733_8BD9_06E8_41D2_7E4BB9763D0A.html = ___
Sang Naga
The Dragon
[ID] Kadal terbang biasa (Draco volans), seperti halnya spesies lain dalam Genus Draco, memiliki bentuk fisik yang unik. Kadal ini memiliki patagium yaitu membran kulit yang membulat lebar di bagian sisi tubuh. Membran ini didukung oleh tulang rusuk yang memanjang serta otot yang terspesialisasi. Selain itu, kadal ini juga memiliki membran pada bagian leher serta kaki belakang dan pangkal ekor yang termodifikasi untuk menambah sifat aerodinamis saat berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya. Oleh karena bentuk fisik tersebut, kadal ini sering dikaitkan dengan hewan mitologi berupa naga terbang.
[EN] The common flying lizard (Draco volans), like other species in the Genus Draco, has a unique physical form. This lizard has a patagium, a wide-rounded skin membrane on the sides of the body. This membrane is supported by elongated ribs and specialized muscles. In addition, this lizard also has a membrane on the neck, modified hind legs and modified scales on the base of the tail to add aerodynamic properties when gliding from one tree to another. Because of this physical form, these lizards are often associated with flying dragon, a mythological animal.
HTMLText_ED1D6B55_867B_F3E5_41B7_A7497E3E69C8.html = ___
Kumbang Jatinangor
Jatinangor Beetles
[ID] Kumbang badak (Xylotrupes gideon) merupakan salah satu spesies kumbang yang dapat ditemukan dengan mudah di area kampus ITB Jatinangor. Kumbang ini biasa ditemukan di bawah lampu penerang jalan kampus pada malam hari. Seringkali kumbang ini ditemukan sudah mati begitu saja atau tergilas roda kendaraan yang lewat. Beberapa mahasiswa Rekayasa Kehutanan SITH ITB kemudian mengumpulkan spesimen kumbang yang sudah mati untuk kemudian dijadikan awetan kering seperti terlihat pada gambar. Spesimen ini menjadi penting karena dapat digunakan sebagai bahan ajar dalam kegiatan praktikum di laboratorium.
[EN] The brown rhinoceros beetle (Xylotrupes gideon) is a species of beetle that can be found easily in ITB Jatinangor campus. These beetles are commonly found under campus street lights at night. Often these beetles are found dead or crushed by the wheels of passing vehicles. Several students of Forestry Engineering from SITH ITB collected specimens of the dead beetles which were then used to make dry-preserved specimens as shown in the picture. This specimen is important because it can be used as teaching material for practice in the laboratory.
HTMLText_ED1FEB44_867B_F3DB_41DB_5E86C85F5E58.html = ___
Kupu-kupu dari Timur
Butterflies from The East
[ID] Indonesia Timur terkenal akan kekhasan flora dan fauna yang hidup di dalamnya. Kupu-kupu sayap burung (Ornithoptera spp.) merupakan salah satunya. Kupu-kupu ini memiliki kepakan sayap seperti burung sehingga diberi nama seperti itu. Selain itu, warnanya yang sangat cantik menambah keindahan dari kupu-kupu ini. Oleh karena hal ini pula, kupu-kupu ini banyak diburu dan diperjualbelikan. Saat ini, hampir semua spesies kupu-kupu sayap burung masuk ke dalam hewan yang dilindungi di Indonesia.
[EN] Eastern Indonesia is famous for the uniqueness of the flora and fauna that live in it. The birdwing butterflies (Ornithoptera spp.) are one of them. These butterflies have wings like those on birds, hence the name. In addition, their colors are very beautiful thus they are widely hunted and traded. Currently, almost all species of birdwing butterflies are protected by law in Indonesia.
HTMLText_ED8D52CC_8BA9_1FB8_41E0_74819D2EB028_mobile.html = ___
Koleksi Kura-kura dan Penyu
Collection of Tortoises and Turtles
[ID] Museum Zoologi ITB memiliki sekitar 26 spesimen dari 17 spesies kura-kura dan penyu dari beberapa wilayah di Indonesia serta luar Indonesia dalam bentuk utuh maupun bagian-bagian tubuh. Metode pengawetan spesimen dilakukan dalam bentuk opsetan (awetan kering) dan dalam bentuk spesimen basah yang direndam dalam alkohol 70%.
[EN] The Museum Zoologi ITB has about 26 specimens of 17 species of tortoises and turtles (Testudines) from several regions in Indonesia and abroad, both in their intact form and in parts. The method of specimen preservation was carried out in the form of offset (dry specimen) and in the form of wet specimens immersed in 70% alcohol.
HTMLText_EDA44409_8BD9_1AB8_41D5_47040294AC76_mobile.html = ___
Siklus Kehidupan
Life Cycle
[ID] Ular derik Eropa (Vipera berus), seperti kebanyakan ular lainnya dalam Famili Viperidae merupakan ular berbisa yang memiliki cara reproduksi unik. Ular ini memiliki cara reproduksi yang disebut dengan ovovivipar, yaitu telur yang berkembang hingga menjadi anakan di dalam tubuh induk. Setelah itu, induk akan “melahirkan” anakan ular. Kematangan seksual dari ular Vipera berus untuk menghasilkan telur lebih tergantung pada ukuran tubuh daripada umur dari ular tersebut. Hal ini berkaitan dengan cadangan energi yang tersimpan untuk menghasilkan telur. Ketika ular ini menghasilkan telur, terkadang aktivitas mencari makanan akan dihindari sehingga pertumbuhan tubuh akan berhenti, bahkan akhirnya tubuh ular akan kurus setelah melahirkan anakan. Oleh karena itu, kebanyakan ular betina hanya bereproduksi satu kali dalam setahun dengan interval hingga tiga tahun untuk dapat melanjutkan siklus kehidupannya.
[EN] The European adder (Vipera berus), like most other snakes in the Family Viperidae, is a venomous snake that has a unique mode of reproduction. These snakes are ovoviviparous, eggs that develop into neonates in the female's body. After that, the female will "give birth" to the juvenile snake. Sexual maturity of the adder to produce eggs depends more on its body than its age. This is related to the stored energy reserves to produce eggs. When this snake produces eggs, sometimes the feeding activity will be avoided so that the growth of the body will stop, even eventually the snake's body will become thin after giving birth to young snakes. Therefore, most female snakes reproduce only once a year at intervals of up to three years to continue their life cycle.
HTMLText_EDA66323_8BDF_1EE8_41D0_F4BD4CA23F09.html = ___
Koleksi Kura-Kura dan Penyu
Collection of Tortoises and Turtles
[ID] Museum Zoologi ITB memiliki sekitar 26 spesimen dari 17 spesies kura-kura dan penyu dari beberapa wilayah di Indonesia serta luar Indonesia dalam bentuk utuh maupun bagian-bagian tubuh. Metode pengawetan spesimen dilakukan dalam bentuk opsetan (awetan kering) dan dalam bentuk spesimen basah yang direndam dalam alkohol 70%.
[EN] The Museum Zoologi ITB has about 26 specimens of 17 species of tortoises and turtles (Testudines) from several regions in Indonesia and abroad, both in their intact form and in parts. The method of specimen preservation was carried out in the form of offset (dry specimen) and in the form of wet specimens immersed in 70% alcohol.
HTMLText_EE3D5A86_8BAF_0FA8_41A1_5761943EFD18_mobile.html = ___
Sang Naga
The Dragon
[IN] Kadal terbang biasa (Draco volans), seperti halnya spesies lain dalam Genus Draco, memiliki bentuk fisik yang unik. Kadal ini memiliki patagium yaitu membran kulit yang membulat lebar di bagian sisi tubuh. Membran ini didukung oleh tulang rusuk yang memanjang serta otot yang terspesialisasi. Selain itu, kadal ini juga memiliki membran pada bagian leher serta kaki belakang dan pangkal ekor yang termodifikasi untuk menambah sifat aerodinamis saat berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya. Oleh karena bentuk fisik tersebut, kadal ini sering dikaitkan dengan hewan mitologi berupa naga terbang.
[EN] The common flying lizard (Draco volans), like other species in the Genus Draco, has a unique physical form. This lizard has a patagium, a wide-rounded skin membrane on the sides of the body. This membrane is supported by elongated ribs and specialized muscles. In addition, this lizard also has a membrane on the neck, modified hind legs and modified scales on the base of the tail to add aerodynamic properties when gliding from one tree to another. Because of this physical form, these lizards are often associated with flying dragon, a mythological animal.
HTMLText_EE5A6F88_8BD9_05B8_41C2_0011BB9E1CF2.html = ___
Siklus Kehidupan
Life Cycle
[ID] Ular derik Eropa (Vipera berus), seperti kebanyakan ular lainnya dalam Famili Viperidae merupakan ular berbisa yang memiliki cara reproduksi unik. Ular ini memiliki cara reproduksi yang disebut dengan ovovivipar, yaitu telur yang berkembang hingga menjadi anakan di dalam tubuh induk. Setelah itu, induk akan “melahirkan” anakan ular. Kematangan seksual dari ular Vipera berus untuk menghasilkan telur lebih tergantung pada ukuran tubuh daripada umur dari ular tersebut. Hal ini berkaitan dengan cadangan energi yang tersimpan untuk menghasilkan telur. Ketika ular ini menghasilkan telur, terkadang aktivitas mencari makanan akan dihindari sehingga pertumbuhan tubuh akan berhenti, bahkan akhirnya tubuh ular akan kurus setelah melahirkan anakan. Oleh karena itu, kebanyakan ular betina hanya bereproduksi satu kali dalam setahun dengan interval hingga tiga tahun untuk dapat melanjutkan siklus kehidupannya.
[EN] The European adder (Vipera berus), like most other snakes in the Family Viperidae, is a venomous snake that has a unique mode of reproduction. These snakes are ovoviviparous, eggs that develop into neonates in the female's body. After that, the female will "give birth" to the juvenile snake. Sexual maturity of the adder to produce eggs depends more on its body than its age. This is related to the stored energy reserves to produce eggs. When this snake produces eggs, sometimes the feeding activity will be avoided so that the growth of the body will stop, even eventually the snake's body will become thin after giving birth to young snakes. Therefore, most female snakes reproduce only once a year at intervals of up to three years to continue their life cycle.
HTMLText_EF544A62_8644_BDDF_41C8_9F34DBCBEA44.html = ___
Koleksi Awetan Kulit
Study-Skin Collections
[ID] Museum Zoologi ITB juga memiliki koleksi kulit hewan yang tidak dibentuk menjadi peragaan. Koleksi kulit hewan yang dimiliki berasal dari beberapa spesies burung dan mamalia. Pada tahun 1950-1960an, Max van Balgooy, seorang mahasiswa Departemen Biologi ITB aktif dalam mengoleksi dan melakukan taksidermi terhadap koleksi tersebut. Saat ini, koleksi kulit burung dan mamalia menjadi sangat berharga terutama untuk kegiatan penelitian dan pendidikan. Hal ini terjadi karena beberapa faktor seperti sulitnya mendapatkan spesimen burung dan mamalia yang mati, etika dalam pengoleksian spesimen burung dan mamalia, banyaknya spesies yang dilindungi, serta sedikitnya sumber daya manusia yang bisa melakukan taksidermi. Oleh karena itu, koleksi kulit ini merupakan aset berharga bagi Museum Zoologi ITB.
[EN] Museum Zoologi ITB also has a collection of animal skins that are not made into skin-mount specimens. This collection of study-skins comes from several species of birds and mammals. In the 1950-1960s, Max van Balgooy, a student of the Department of Biology, ITB was active in collecting animal samples and making them into taxidermy. Nowadays, collections of bird and mammal study-skins are very valuable, especially for research and education activities. This occurs due to several factors such as the difficulty of obtaining dead bird and mammal specimens, ethics in collecting bird and mammal specimens, the number of protected species, and the lack of expertise in taxidermy. Therefore, these skin-mount specimen collection is a valuable asset for the museum.
HTMLText_F5414ED2_944C_22DF_41BD_3F73C5DBCB83.html = ___
Si Penari Ekor yang Mematikan
The Deadly Tail-Dancer
[ID] Ular derik kayu (Crotalus horridus), seperti halnya ular derik lain, memiliki ujung ekor yang tersusun atas banyak ruang segmen terkeratinisasi dan saling terkunci. Hal ini membuat ekor ular tersebut dapat berbunyi seperti marakas jika digerakkan. Perilaku tersebut dilakukan sebagai penanda akan ancaman atau gangguan dari hewan yang lebih besar atau manusia yang diterima ular tersebut. Gerakan ekor dibarengi dengan posisi tubuh yang membentuk huruf “S” sebagai ancang-ancang untuk menyerang. Jika pengganggu menghiraukan alarm tersebut, maka ular ini akan mengeluarkan senjata terakhirnya berupa gigitan berbisa tinggi. Bisa dikeluarkan dari kelenjar bisa yang tersambung dengan gigi taring panjang yang bisa dilipat (seperti ditunjukkan pada gambar). Bisa biasanya bersifat miotoksik yang menyerang otot.
[EN] The timber rattlesnake (Crotalus horridus), like other rattlesnakes, has a tail-end that is composed of many keratinized and locked segmented spaces. This makes the snake's tail sound like a maracas when it’s moving. This behavior is carried out as an alarm or marker of disturbance from larger animals or humans that the snake receives. The tail movement is accompanied by a body position forming the letter "S" as a stance to attack. If the intruder ignores the alarm, this snake will issue its last weapon in the form of a highly venomous bite. The venom can be released from the venom glands that are connected by long foldable fangs (as shown in the picture). The venom is usually a myotoxic which can affect muscles of its victims.
HTMLText_F84B2F8F_86CC_D365_41D3_94FC53E782B3.html = ___
Kerangka Tapir
Tapir Skeleton
HTMLText_F9CF9C82_86CD_B55F_41DA_7D68E21D5886.html = ___
Kerangka Rusa
Deer Skeleton
HTMLText_FB96090B_EB92_AAA9_41E5_6022FEC6CD74.html = ___
Koleksi buku-buku
[ID] Museum Zoologi ITB memiliki koleksi buku referensi mengenai taksonomi hewan dan zoologi dari tahun 1800-an hingga sekarang yang meliputi invertebrata, ikan, amfibi, reptil, burung dan mamalia. Buku ini biasa dipakai untuk keperluan identifikasi dan determinasi hewan. Buku ini dapat dipinjam secara gratis sebagai tambahan referensi untuk berbagai keperluan seperti penelitian dan pembuatan bahan kuliah.
[EN] Museum Zoologi ITB has a collection of reference books about Animal Taxonomy and Zoology from the 1800s until now that consist of invertebrates, fish, amphibians, reptiles, birds and mammals. These books are usually used for animal identification and determination. These books can be borrowed freely as references for different purposes such as research and academic purposes.
HTMLText_FD33D5F4_9AE9_0568_41D4_EEC7290B5D40.html = ___
Sang Pengikut
The Follower
[ID] Ikan remora (Famili Echeneidae) memiliki bentuk kepala yang unik. Kepala bagian atas dari ikan ini berbentuk pipih dan memiliki piringan khusus. Piringan tersebut berfungsi untuk menempel pada hewan yang lebih besar seperti ikan hiu dan penyu. Ikan ini akan bersimbiosis dengan cara mengikuti hewan tersebut sambil memakan sisa-sisa makanan dan parasit serta mendapat perlindungan dari inangnya. Disisi lain, hewan yang lebih besar diuntungkan oleh perilaku ikan remora tersebut.
[EN] Remora or shark sucker fish (Family Echeneidae) have a unique head shape. The upper head of this fish is flat and has a suction disc. The disc is used to attach to larger animals such as sharks and turtles. This fish will be in symbiosis by following the animal while eating food scraps and parasites and receiving protection from its host. On the other hand, larger animals benefit from the behavior of these remora.
HTMLText_FDB31751_86CF_73FD_41DD_E1A68998E00C_mobile.html = ___
Kerangka Tapir
Tapir Skeleton
HTMLText_FF48FB6D_9AE9_0D78_41CC_955F15A9C2CB.html = ___
Batu Beracun
The Venomous Stone
[ID] Ikan batu (Famili Synanceiidae) merupakan salah satu hewan laut paling berbisa. Ikan ini dapat mengeluarkan bisa dari duri-duri pada sirip punggungnya ketika terancam. Bisa dari ikan ini dapat menyebabkan kematian bagi manusia jika tidak ditangani secara cepat. Seringkali kasus sengatan duri ikan batu pada manusia terjadi secara tidak sengaja seperti terinjak saat berjalan atau terpegang saat berenang di pantai berbatu. Hal ini terjadi karena ikan ini memiliki bentuk tubuh yang mirip dengan koral atau batu di dasar laut. Ikan ini dapat berkamuflase di habitatnya yang berupa perairan laut dangkal beriklim tropis dengan dasar berbatu atau banyak ditumbuhi koloni terumbu karang. Oleh karena itu, berhati-hatilah saat bermain di pantai berbatu.
[EN] Stone fish (Family Synanceiidae) are one of the most venomous marine animals which can release venom from the spines on its dorsal fin when threatened. Its venom is lethal for human if not treated quickly. More often than not, cases of stinging in humans occur accidentally, such as by being stepped or being touched while swimming on rocky beaches. This happens because these fish have a body shape similar to coral or rocks on the seabed so it can camouflage perfectly in a shallow tropical water with rocky bottoms or overgrown with coral reef colonies. Therefore, always be careful when playing on rocky beaches.
HTMLText_FFF4D7F9_86BB_F2AD_41E0_401694AD3316_mobile.html = ___
Kerangka Rusa
Deer Skeleton
HTMLText_FFFF88AB_9ADB_0BF8_41C7_188512438761_mobile.html = ___
Sang Pengikut
The Follower
[ID] Ikan remora (Famili Echeneidae) memiliki bentuk kepala yang unik. Kepala bagian atas dari ikan ini berbentuk pipih dan memiliki piringan khusus. Piringan tersebut berfungsi untuk menempel pada hewan yang lebih besar seperti ikan hiu dan penyu. Ikan ini akan bersimbiosis dengan cara mengikuti hewan tersebut sambil memakan sisa-sisa makanan dan parasit serta mendapat perlindungan dari inangnya. Disisi lain, hewan yang lebih besar diuntungkan oleh perilaku ikan remora tersebut.
[EN] Remora or shark sucker fish (Family Echeneidae) have a unique head shape. The upper head of this fish is flat and has a suction disc. The disc is used to attach to larger animals such as sharks and turtles. This fish will be in symbiosis by following the animal while eating food scraps and parasites and receiving protection from its host. On the other hand, larger animals benefit from the behavior of these remora.
### Label
Label_0DD14F09_1744_0507_41AA_D8475423214A.text = Museum zoologi itb
Label_0DD14F09_1744_0507_41AA_D8475423214A_mobile.text = Museum zoologi itb
Label_0DD1AF09_1744_0507_41B4_9F5A60B503B2.text = dolor sit amet, consectetur
Label_0DD1AF09_1744_0507_41B4_9F5A60B503B2_mobile.text = dolor sit amet, consectetur
### Tab Panel
Container_32839AC1_9EAB_0FA8_41D0_551BFC50DBE4.label = Kodok Kota
Container_3FE66753_9EE9_06A8_41DC_9D5B06B886BA.label = Kodok Kota
Container_B7B33BC3_82C4_B2DD_41C4_065DFD283CAB.label = Burung Penyelam
Container_B7B54BD4_82C4_B2FB_4190_34300E55917E.label = Burung Pantai
Container_C25439A4_825B_BF5B_41B1_13A32F3BB00B.label = The Diving Bird
Container_C26E29C7_825B_BEE5_41BA_DECBD8DFDF07.label = Burung Pantai
Container_C986BE4F_81C5_D5E5_41C1_DFA61DB958CF.label = Keluarga Merpati
Container_CA31AC9B_81C5_D56D_41D7_6B0E7D1FB82D.label = Burung Peniru
Container_CA3DFC87_81C5_D565_41C3_4AB188D78613.label = Songbird Collections
Container_D1E41734_81FB_B3BB_41A0_87A61E601F86.label = Kel. Merpati
Container_D26A25E3_81FB_B6DD_41DF_025C62EC68BC.label = Burung Peniru
Container_D27EB5C4_81FB_B6DB_41D4_86FDAC3A9EFE.label = Songbird Coll.
Container_D5EA5794_81DC_D37B_41BA_4809F37C5791.label = Ular Penyemprot
Container_D9930C4A_81C4_D5EF_41DB_3E3933DF9123.label = Ular Penyemprot
TabPanelPage_0B46BDF7_2BF0_167F_41C0_EF78FEF6208B.label = Dari Mereka Untuk Mereka
TabPanelPage_0B46BDF7_2BF0_167F_41C0_EF78FEF6208B_mobile.label = Dari Mereka, untuk Mereka
TabPanelPage_0B474DF7_2BF0_167F_41B9_C7C0C0C80344.label = Koleksi Tengkorak
TabPanelPage_0B474DF7_2BF0_167F_41B9_C7C0C0C80344_mobile.label = Koleksi Tengkorak
TabPanelPage_32816AB2_9EAB_0FE8_4192_C21AEF9DFA75_mobile.label = Ayam Air
TabPanelPage_32845A93_9EAB_0FA8_41E0_E972D2359961_mobile.label = Kol. Amfibi
TabPanelPage_39034736_7E3F_CF20_41D7_92F65AC39A43.label = Ular Kampus
TabPanelPage_39084754_7E3F_CF67_41B3_46F1A93B3DE5.label = Abroad Collection
TabPanelPage_3BD853C1_9EEB_FDA8_41D7_D3466BCFF4C7.label = Kura-kura & Penyu
TabPanelPage_3BD8A3C0_9EEB_FDA8_41BA_A3D799A6A532.label = Life Cycle
TabPanelPage_3BDA63C3_9EEB_FDA8_41D6_A354D5F059C3.label = Si Kecil & Si Besar
TabPanelPage_3BDAB3C4_9EEB_FDA8_41C6_6C199C63E9F8.label = Batu Beracun
TabPanelPage_3BDB63C2_9EEB_FDA8_41D9_7C94ABAC54B6.label = Salamander Panjang Umur
TabPanelPage_3BDBE3C1_9EEB_FDA8_41DB_4B21A0BA58B8.label = Sang Naga
TabPanelPage_3BDDC3C3_9EEB_FDA8_41C1_6DF5E891F1AC.label = Sang Pengikut
TabPanelPage_3F8A96FC_9EE9_0758_41C2_B609B762D8B6.label = Koleksi Amfibi
TabPanelPage_3FFFB73B_9EE9_06D8_41C1_A1A8BF303C9B.label = Ayam Air
TabPanelPage_52020756_9EEB_06A8_4189_FE5448401374.label = Sang Pengikut
TabPanelPage_52022755_9EEB_06A8_41D3_5B59ADD09546.label = Sang Naga
TabPanelPage_52024755_9EEB_06A8_41D2_91E449C1C491.label = Kura-Kura & Penyu
TabPanelPage_5202E756_9EEB_06A8_4149_E29A41C9A20A.label = Batu Beracun
TabPanelPage_52039755_9EEB_06A8_41DF_2EA5CE499284.label = Life Cycle
TabPanelPage_52039756_9EEB_06A8_41C8_4280BC186E40.label = Si Kecil dan Si Besar
TabPanelPage_52053756_9EEB_06A8_41E0_16644DBDB601.label = Sang Suvenir
TabPanelPage_52056755_9EEB_06A8_41D2_5677848224A2.label = Salamander
TabPanelPage_90B075DC_81C5_D6EB_4154_BEEC11E68A36.label = Katak Terbang
TabPanelPage_90BF25BE_81C5_D6A7_41C3_0979BC41482F.label = Amfibi Tak Berkaki
TabPanelPage_928B2F43_81C5_53DD_41B5_BA28F32066EF.label = Sang Insinyur
TabPanelPage_9441D71D_8245_5365_41C6_0C1CE606FD0E.label = Bukan Batu Biasa
TabPanelPage_94444744_8245_53DB_4176_471465A56550.label = Fosil Gigi
TabPanelPage_956C1B46_81DB_53E7_41A1_8479382A2DCE.label = Kuda Laut
TabPanelPage_957F1B62_81DB_53DF_41D0_B3948B909B04.label = Bayi Hiu
TabPanelPage_95BF9EF2_81C5_52BF_41BD_E647713969BB.label = Artikulasi Rangka
TabPanelPage_976D15C6_8198_9AC2_41CC_C6D1CACF810E.label = Koleksi Tertua
TabPanelPage_9CBAD886_82C4_BD67_41BD_A8487AB9859B_mobile.label = Bayi Hiu
TabPanelPage_9CC2A85C_82C4_BDEB_41DC_BBDA35C062D2_mobile.label = Kuda Laut
TabPanelPage_9CE8E63A_82CB_B5AF_41C7_D14A413D19E7_mobile.label = Katak Terbang
TabPanelPage_9CEEA62B_82CB_B5AD_41CE_D936ECBBD1E8_mobile.label = Amfibi Tak Berkaki
TabPanelPage_9D27DC1F_83C5_F565_41C0_7E7263A26C5C_mobile.label = Artikulasi Rangka
TabPanelPage_9D2C5C41_83C5_F5DD_41B0_209AB8F67601_mobile.label = Sang Insinyur
TabPanelPage_A629B501_824F_775D_41DA_D84758A914C8_mobile.label = Fosil Gigi
TabPanelPage_A62E04F2_824F_76BF_4193_610414F0FE46_mobile.label = Bukan Batu Biasa
TabPanelPage_B1B3B828_825D_FDAB_41E0_127C6DD27768.label = Si Penghisap Darah
TabPanelPage_B1BC87FC_825D_F2AB_41CD_D44040A24D06.label = Koleksi Invertebrata
TabPanelPage_B7845BA1_82C4_B35D_41DC_5B360E8F3BD0.label = Burung Bertanduk
TabPanelPage_B7B1DBB2_82C4_B2BF_41CB_FB2CF8B7FF22.label = The Colorful Lorikeet
TabPanelPage_BD408799_82CC_D36D_41D5_5C31979A1CE4_mobile.label = Si Penghisap Darah
TabPanelPage_BD786774_82CC_D3BB_41BD_8AE54B11826E_mobile.label = Koleksi Invertebrata
TabPanelPage_C2514982_825B_BF5F_41BF_232444D8EB4B_mobile.label = The Colorful Lorikeet
TabPanelPage_C258B953_825B_BFFD_4198_41F3F823F86B_mobile.label = Burung Bertanduk
TabPanelPage_CA021C42_81C5_D5DF_41A5_2D3C516D31C8.label = Si Pembasmi Tikus
TabPanelPage_CA394C74_81C5_D5BB_41DA_AD183A259ECD.label = The Smallest Raptor
TabPanelPage_D24125AB_81FB_B6AD_41DA_201DB0727493_mobile.label = The Smallest Raptor
TabPanelPage_D256258E_81FB_B767_41C8_EDE52EDD9902_mobile.label = Pembasmi Tikus
TabPanelPage_D5EF475A_81DC_D3EF_41DF_6609D09323B6.label = Koleksi Ular
TabPanelPage_D6102729_81DC_D3AD_41C6_B32B531172D9.label = Koleksi Kadal
TabPanelPage_D82B216B_95C4_3FCD_41D6_815788F67418.label = Katak Misterius
TabPanelPage_D82B916A_95C4_3FCF_41D7_A8E5F558227A.label = Katak Misterius
TabPanelPage_D94D0F49_86C0_7F61_41DD_384DCCC8BD57_mobile.label = Koleksi Tertua
TabPanelPage_D99E7C3B_81C4_D5AD_41C4_1DA2F7038227_mobile.label = Koleksi Ular
TabPanelPage_D9A70C2C_81C4_D5AB_4197_BAC9C628995D_mobile.label = Koleksi Kadal
TabPanelPage_DB41BF4C_86C0_3F67_4195_44F5129119C7_mobile.label = Abroad Collection
TabPanelPage_DB5ADF18_86C0_C0EF_41D6_8EEC710613F6_mobile.label = Ular Kampus
TabPanelPage_E430B41D_864C_D565_41CE_EF65DE6E44CA_mobile.label = Kumbang Jatinangor
TabPanelPage_E4377408_864C_D56B_41B4_08B10FBFBC7B_mobile.label = Kupu-kupu dari Timur
TabPanelPage_ED1ABB35_867B_F3A5_41D9_1509365E1B58.label = Kupu-kupu Dari Timur
TabPanelPage_ED1ECB47_867B_F3E5_41BD_C7265420EA75.label = Kumbang Jatinangor
TabPanelPage_F66A54DB_9444_66CD_41D5_4B403DE47F2D.label = The Deadly Tail-Dancer
TabPanelPage_F66BA4DA_9444_66CF_41B6_AB4F1C38F597.label = The Deadly Tail-Dancer
TabPanelPage_F7E5032D_8645_D3A5_41CC_327190F78C06.label = Sang Suvenir
TabPanelPage_F7E50330_8645_D3BB_41C6_DE4FE5890F56.label = Mamalia Bersisik
TabPanelPage_F7E5732A_8645_D3AF_41DB_98EB4F08C1A6.label = Koleksi Cangkang
TabPanelPage_F7E5D32C_8645_D3AB_41AA_12DF019960F4.label = Koleksi Cangkang
TabPanelPage_F7FAC32F_8645_D3A5_41D5_02E237A11E7E.label = Mamalia Bersisik
## Media
### Title
album_05DC29AC_1E8F_4A5D_4195_677A7B51611D.label = Info Ilustrasi Hewan
album_05DC29AC_1E8F_4A5D_4195_677A7B51611D_0.label = IMG_20201012_145821
album_05DC29AC_1E8F_4A5D_4195_677A7B51611D_1.label = IMG_20201012_145853
album_500E324F_4BB8_F64A_41C8_1DA2ABDCE0B3.label = Info Showcase 07
album_500E324F_4BB8_F64A_41C8_1DA2ABDCE0B3_0.label = IMG_20201012_142112
album_500E324F_4BB8_F64A_41C8_1DA2ABDCE0B3_1.label = IMG_20201012_142123
album_500E324F_4BB8_F64A_41C8_1DA2ABDCE0B3_2.label = IMG_20201012_142209
album_501DB09A_49A8_32CA_41BD_B3F207DCA94A.label = Info Showcase 03
album_501DB09A_49A8_32CA_41BD_B3F207DCA94A_0.label = IMG_20201012_140809
album_50248DCF_4B98_524A_41A1_D75737A8D580.label = Info Showcase 14
album_50248DCF_4B98_524A_41A1_D75737A8D580_1.label = IMG_20201012_143024
album_50248DCF_4B98_524A_41A1_D75737A8D580_2.label = IMG_20201012_143026
album_50248DCF_4B98_524A_41A1_D75737A8D580_3.label = IMG_20201012_143042
album_5030F4AE_4BA8_D2CA_41BC_9833DF271550.label = Info Kuda Laut
album_5030F4AE_4BA8_D2CA_41BC_9833DF271550_0.label = IMG_20201012_142401
album_50489E6C_4BB8_4E4E_41A4_4BC07FB55CBF.label = Info - Aligator
album_50489E6C_4BB8_4E4E_41A4_4BC07FB55CBF_0.label = IMG_20201012_141053
album_50489E6C_4BB8_4E4E_41A4_4BC07FB55CBF_1.label = IMG_20201012_141154
album_505A0683_4BE8_3EBA_41B1_F85EEE614547.label = Info Beruang Madu
album_505A0683_4BE8_3EBA_41B1_F85EEE614547_0.label = IMG_20201012_142640
album_505A0683_4BE8_3EBA_41B1_F85EEE614547_1.label = IMG_20201012_142658
album_50AC721D_4BB8_51CE_418D_4CA9B4F0EA2D.label = Info Showcase 05
album_50B2000D_4B99_D1CE_41C0_81C2D92EEABE.label = Info Showcase 09
album_50B2000D_4B99_D1CE_41C0_81C2D92EEABE_0.label = IMG_20201012_142547
album_50B2000D_4B99_D1CE_41C0_81C2D92EEABE_1.label = IMG_20201012_142553
album_50B2000D_4B99_D1CE_41C0_81C2D92EEABE_2.label = IMG_20201012_142608
album_50B2000D_4B99_D1CE_41C0_81C2D92EEABE_3.label = IMG_20201012_142621
album_50BD2E6B_4BB9_CE4A_41B9_5B3BAECF57B0.label = Info Showcase 06
album_50BD2E6B_4BB9_CE4A_41B9_5B3BAECF57B0_0.label = IMG_20201012_141855
album_50BD2E6B_4BB9_CE4A_41B9_5B3BAECF57B0_1.label = IMG_20201012_141907
album_50EC091C_4BA8_53CF_41C9_0964267E626C.label = Info Fosil
album_50EC091C_4BA8_53CF_41C9_0964267E626C_0.label = IMG_20201012_143207
album_5142EF39_4BA8_4FD6_41D0_49196F3A2BCF.label = Info Kepiting
album_5142EF39_4BA8_4FD6_41D0_49196F3A2BCF_0.label = IMG_20201012_143342
album_519EF2C6_4B9B_D6BA_41B7_BD7448BC9B2C.label = Info Showcase 13
album_519EF2C6_4B9B_D6BA_41B7_BD7448BC9B2C_0.label = IMG_20201012_142826
album_519EF2C6_4B9B_D6BA_41B7_BD7448BC9B2C_1.label = IMG_20201012_142836
album_519EF2C6_4B9B_D6BA_41B7_BD7448BC9B2C_2.label = IMG_20201012_142848
album_51DC5038_4BEB_D1D7_41B5_69FF424E61F0.label = Info Showcase 11
album_51DC5038_4BEB_D1D7_41B5_69FF424E61F0_0.label = IMG_20201012_142704
album_53357F5B_4B99_CE4A_41D0_26CC9E3BD4E5.label = Info Showcase 12
album_53357F5B_4B99_CE4A_41D0_26CC9E3BD4E5_0.label = IMG_20201012_142713
album_53DE2513_49A8_73DA_41CC_D7027A1D6455.label = Info Kelelawar
album_53DE2513_49A8_73DA_41CC_D7027A1D6455_0.label = IMG_20201012_140246
album_53DE2513_49A8_73DA_41CC_D7027A1D6455_1.label = IMG_20201012_140355
album_53DE2513_49A8_73DA_41CC_D7027A1D6455_2.label = IMG_20201012_140501
album_53DE2513_49A8_73DA_41CC_D7027A1D6455_3.label = IMG_20201012_140537
album_5509B3F0_4A68_5656_41C4_C83103595FE2.label = Info Showcase 24
album_5509B3F0_4A68_5656_41C4_C83103595FE2_0.label = IMG_20201012_144906
album_5509B3F0_4A68_5656_41C4_C83103595FE2_1.label = IMG_20201012_144919
album_5509B3F0_4A68_5656_41C4_C83103595FE2_2.label = IMG_20201012_144927
album_551A2FBF_4A78_4ECA_419B_D358D7E03030.label = Info Showcase 31
album_551A2FBF_4A78_4ECA_419B_D358D7E03030_0.label = IMG_20201012_145600
album_551A2FBF_4A78_4ECA_419B_D358D7E03030_1.label = IMG_20201012_145647
album_55358312_4A78_37DA_41B9_2D436BE19B11.label = Info Kupu-kupu
album_55358312_4A78_37DA_41B9_2D436BE19B11_0.label = IMG_20201012_145314
album_5556A9F2_4A78_525A_41CB_1C6CF9179C3D.label = Info Harimau Sumatera
album_5556A9F2_4A78_525A_41CB_1C6CF9179C3D_0.label = IMG_20201012_145951
album_5556A9F2_4A78_525A_41CB_1C6CF9179C3D_1.label = IMG_20201012_150000
album_5556A9F2_4A78_525A_41CB_1C6CF9179C3D_2.label = IMG_20201012_150013
album_5556A9F2_4A78_525A_41CB_1C6CF9179C3D_3.label = IMG_20201012_150026
album_5556A9F2_4A78_525A_41CB_1C6CF9179C3D_4.label = IMG_20201012_150041
album_5556A9F2_4A78_525A_41CB_1C6CF9179C3D_5.label = IMG_20201012_150055
album_55A4B8DC_4997_D24E_41C2_3841989C5D84.label = Info Babi Hutan
album_55A4B8DC_4997_D24E_41C2_3841989C5D84_0.label = IMG_20201012_135915
album_55A4B8DC_4997_D24E_41C2_3841989C5D84_1.label = IMG_20201012_135949
album_55A4B8DC_4997_D24E_41C2_3841989C5D84_2.label = IMG_20201012_140025
album_55DC3EF5_4A68_4E5E_41C6_0FA70E94FB00.label = Info Showcase 33
album_55DC3EF5_4A68_4E5E_41C6_0FA70E94FB00_0.label = IMG_20201012_150228
album_55DC3EF5_4A68_4E5E_41C6_0FA70E94FB00_1.label = IMG_20201012_150253
album_5623938F_4BA8_56CA_41D2_7DAED810C12D.label = Info Invertebrata
album_5623938F_4BA8_56CA_41D2_7DAED810C12D_0.label = IMG_20201012_143224
album_56A7C5B7_4A68_52D9_41D1_29E8BF738001.label = Info Burung Hantu
album_56A7C5B7_4A68_52D9_41D1_29E8BF738001_0.label = IMG_20201012_144730
album_56ADA6DC_4A68_FE4E_41B1_4BE5AA0BBD97.label = Info Showcase 25
album_56BC2D7C_4BA8_724E_41CD_62EAA2391FC2.label = Info Gurita
album_56BC2D7C_4BA8_724E_41CD_62EAA2391FC2_0.label = IMG_20201012_143559
album_56BC2D7C_4BA8_724E_41CD_62EAA2391FC2_1.label = IMG_20201012_143859
album_56BC2D7C_4BA8_724E_41CD_62EAA2391FC2_2.label = IMG_20201012_143954
album_56BD9235_4A68_D1DE_41BE_6A892C6A1AC1.label = Info Showcase 21
album_56BD9235_4A68_D1DE_41BE_6A892C6A1AC1_0.label = IMG_20201012_144337
album_56BE8204_4A78_51BE_41A4_0358672F1612.label = Info Showcase 26
album_56BE8204_4A78_51BE_41A4_0358672F1612_0.label = IMG_20201012_145020
album_56D16A6B_4A68_764D_41A3_417E375CBD32.label = Info Showcase 20
album_56D16A6B_4A68_764D_41A3_417E375CBD32_0.label = IMG_20201012_144210
album_56DCC93B_4A7F_D3CA_41A0_8CC9EE58F5FB.label = Info Showcase 30
album_56DCC93B_4A7F_D3CA_41A0_8CC9EE58F5FB_0.label = IMG_20201012_145528
album_57378D18_4A68_53D6_4184_8FB9EE8F291E.label = Info Ayam Hutan
album_5788DD44_4A78_33BE_41CE_DCEE03DC2DE0.label = Info Showcase 27
album_5788DD44_4A78_33BE_41CE_DCEE03DC2DE0_1.label = IMG_20201012_145052
album_57B8C151_4B98_3256_41D1_DFF810708C7D.label = Info Showcase 19
album_57B8C151_4B98_3256_41D1_DFF810708C7D_0.label = IMG_20201012_144020
album_57B8C151_4B98_3256_41D1_DFF810708C7D_1.label = IMG_20201012_144026
album_57B8C151_4B98_3256_41D1_DFF810708C7D_2.label = IMG_20201012_144040
album_57BEF89F_4A78_52CA_41C4_BCECD61E724D.label = Info Kumbang
album_57BEF89F_4A78_52CA_41C4_BCECD61E724D_0.label = IMG_20201012_145445
album_BB52D98C_82CD_5F6B_41D9_381A03550D90.label = Burung Rangkong Badak_Buceros rhinoceros
album_BB52D98C_82CD_5F6B_41D9_381A03550D90_0.label = Burung Rangkong Badak_Buceros rhinoceros
album_C6320AA5_8640_C121_41D8_6965AB996F03.label = Info Burung 04
album_C6320AA5_8640_C121_41D8_6965AB996F03_0.label = IMG_20201027_105052
album_C6320AA5_8640_C121_41D8_6965AB996F03_1.label = IMG_20201027_105102
album_C6320AA5_8640_C121_41D8_6965AB996F03_2.label = IMG_20201027_105109
album_C67AF440_8640_C15F_41D5_450D71E4918C.label = Info Burung 02
album_C67AF440_8640_C15F_41D5_450D71E4918C_0.label = IMG_20201027_104741
album_C67AF440_8640_C15F_41D5_450D71E4918C_1.label = IMG_20201027_104754
album_C67AF440_8640_C15F_41D5_450D71E4918C_2.label = IMG_20201027_104807
album_C67AF440_8640_C15F_41D5_450D71E4918C_3.label = IMG_20201027_104852
album_C67CB0A9_8643_C121_41DD_96580056CF96.label = Info Fosil 2
album_C67CB0A9_8643_C121_41DD_96580056CF96_0.label = IMG_20201027_105421
album_C67CB0A9_8643_C121_41DD_96580056CF96_1.label = IMG_20201027_105432
album_C67CB0A9_8643_C121_41DD_96580056CF96_2.label = IMG_20201027_105448
album_C6855361_8640_4721_41D6_2226065F796A.label = Info Showcase Baru 01
album_C6855361_8640_4721_41D6_2226065F796A_0.label = IMG_20201027_111001
album_C6855361_8640_4721_41D6_2226065F796A_1.label = IMG_20201027_111128
album_C6855361_8640_4721_41D6_2226065F796A_2.label = IMG_20201027_111219
album_C6855361_8640_4721_41D6_2226065F796A_3.label = IMG_20201027_111258
album_C6BBBC1A_8640_40E0_41B1_A2AFC67D9748.label = Info Burung 03
album_C6BBBC1A_8640_40E0_41B1_A2AFC67D9748_0.label = IMG_20201027_104925
album_C6BBBC1A_8640_40E0_41B1_A2AFC67D9748_1.label = IMG_20201027_104940
album_C6BBBC1A_8640_40E0_41B1_A2AFC67D9748_2.label = IMG_20201027_104951
album_C6DF51AB_8641_C321_41B7_C4BA11ABEA34.label = Info Showcase Baru 02
album_C6DF51AB_8641_C321_41B7_C4BA11ABEA34_0.label = IMG_20201027_112222
album_C6DF51AB_8641_C321_41B7_C4BA11ABEA34_1.label = IMG_20201027_112242
album_C6DF51AB_8641_C321_41B7_C4BA11ABEA34_2.label = IMG_20201027_112259
album_C751857C_8640_4327_41D6_0EAA1A1B0FFC.label = Info Burung 05
album_C751857C_8640_4327_41D6_0EAA1A1B0FFC_0.label = IMG_20201027_105648
album_C751857C_8640_4327_41D6_0EAA1A1B0FFC_1.label = IMG_20201027_105701
album_C751857C_8640_4327_41D6_0EAA1A1B0FFC_2.label = IMG_20201027_105713
album_C7B5F0B0_87C3_C13F_41C9_763295A2D14D.label = Info Burung Hantu
album_C7B5F0B0_87C3_C13F_41C9_763295A2D14D_0.label = IMG_20201027_104647
album_C7B5F0B0_87C3_C13F_41C9_763295A2D14D_1.label = IMG_20201027_104653
album_C7B5F0B0_87C3_C13F_41C9_763295A2D14D_2.label = IMG_20201027_104700
album_C7B5F0B0_87C3_C13F_41C9_763295A2D14D_3.label = IMG_20201027_104716
album_C7E77130_8640_C33F_41E0_014E95B8462C.label = Info Fosil 1
album_C7E77130_8640_C33F_41E0_014E95B8462C_0.label = IMG_20201027_105232
album_C7E77130_8640_C33F_41E0_014E95B8462C_1.label = IMG_20201027_105245
album_C7E77130_8640_C33F_41E0_014E95B8462C_2.label = IMG_20201027_105255
album_C86A3C03_8640_40E1_4199_2BDAACE7C84A.label = Info Burung 06
album_C86A3C03_8640_40E1_4199_2BDAACE7C84A_1.label = IMG_20201027_105853
album_C8D673EF_8640_C721_41D1_33B1DF648410.label = Info Burung 08
album_C8D673EF_8640_C721_41D1_33B1DF648410_0.label = IMG_20201027_111714
album_C8D673EF_8640_C721_41D1_33B1DF648410_1.label = IMG_20201027_111724
album_C8D673EF_8640_C721_41D1_33B1DF648410_2.label = IMG_20201027_111831
album_C8D673EF_8640_C721_41D1_33B1DF648410_3.label = IMG_20201027_112350
album_C8FEF072_8640_4123_418A_FF25FF6AD7ED.label = Info Burung 07
album_C8FEF072_8640_4123_418A_FF25FF6AD7ED_0.label = IMG_20201027_110346
album_C8FEF072_8640_4123_418A_FF25FF6AD7ED_1.label = IMG_20201027_110401
album_C8FEF072_8640_4123_418A_FF25FF6AD7ED_2.label = IMG_20201027_110454
album_C961FC1C_8640_40E7_41D5_7F69FCBFFCA5.label = Info Showcase Baru 03
album_C961FC1C_8640_40E7_41D5_7F69FCBFFCA5_0.label = IMG_20201027_111933
album_C961FC1C_8640_40E7_41D5_7F69FCBFFCA5_1.label = IMG_20201027_112003 copy
album_C961FC1C_8640_40E7_41D5_7F69FCBFFCA5_2.label = IMG_20201027_112003
album_C961FC1C_8640_40E7_41D5_7F69FCBFFCA5_3.label = IMG_20201027_112541
album_C961FC1C_8640_40E7_41D5_7F69FCBFFCA5_4.label = IMG_20201027_112552
album_C98F2FC5_8640_5F61_41DD_A7DE28B94390.label = Info Ular 02
album_C98F2FC5_8640_5F61_41DD_A7DE28B94390_0.label = IMG_20201027_111453
album_C98F2FC5_8640_5F61_41DD_A7DE28B94390_1.label = IMG_20201027_111521
album_C98F2FC5_8640_5F61_41DD_A7DE28B94390_2.label = IMG_20201027_111525
album_C98F2FC5_8640_5F61_41DD_A7DE28B94390_3.label = IMG_20201027_111629
album_CA2F4564_8640_4327_41C8_AB11E4AAAB2B.label = Info Showcase Baru 04 - Penyu
album_CA2F4564_8640_4327_41C8_AB11E4AAAB2B_0.label = IMG_20201027_113533
album_CA2F4564_8640_4327_41C8_AB11E4AAAB2B_1.label = IMG_20201027_113445
album_CA2F4564_8640_4327_41C8_AB11E4AAAB2B_2.label = IMG_20201027_113624
album_CAA459AA_86C0_4323_41CB_0CD7A6CDCEA1.label = Info Kerangka Tapir
album_CAA459AA_86C0_4323_41CB_0CD7A6CDCEA1_0.label = IMG_20201027_132810
album_CAA459AA_86C0_4323_41CB_0CD7A6CDCEA1_1.label = IMG_20201027_132815
album_CAA459AA_86C0_4323_41CB_0CD7A6CDCEA1_2.label = IMG_20201027_132822
album_CABF062A_86CF_C123_41CB_2630469B4E67.label = Info Buku 5
album_CABF062A_86CF_C123_41CB_2630469B4E67_0.label = IMG_20201027_135432
album_CAD1B501_8640_C0E1_41CE_12B022047EAC.label = Info Showcase Baru 06 - Katak
album_CAD1B501_8640_C0E1_41CE_12B022047EAC_0.label = IMG_20201027_113854
album_CAD1B501_8640_C0E1_41CE_12B022047EAC_1.label = IMG_20201027_113933
album_CAD1B501_8640_C0E1_41CE_12B022047EAC_2.label = IMG_20201027_114029
album_CAD1B501_8640_C0E1_41CE_12B022047EAC_3.label = IMG_20201027_114052
album_CAD41F8B_8640_5FE0_41D5_C9BFA5D55E7A.label = Info Showcase Baru 08 - Ikan
album_CAD41F8B_8640_5FE0_41D5_C9BFA5D55E7A_0.label = IMG_20201027_130755
album_CAD41F8B_8640_5FE0_41D5_C9BFA5D55E7A_1.label = IMG_20201027_130825
album_CAD41F8B_8640_5FE0_41D5_C9BFA5D55E7A_2.label = IMG_20201027_130941
album_CB9757B2_8640_CF20_41DC_A8B66FD80848.label = Info Showcase Baru 12 - Katak 3
album_CB9757B2_8640_CF20_41DC_A8B66FD80848_0.label = IMG_20201027_131653
album_CB9757B2_8640_CF20_41DC_A8B66FD80848_2.label = IMG_20201027_131749
album_CBA8E3DF_8640_C761_41D7_5B1EAACFCED7.label = Info Showcase Baru 05 - kyk naga
album_CBA8E3DF_8640_C761_41D7_5B1EAACFCED7_0.label = IMG_20201027_113731
album_CBA8E3DF_8640_C761_41D7_5B1EAACFCED7_1.label = IMG_20201027_113743
album_CBC23764_8640_4F27_41DD_94A4A0B2BEB4.label = Info Showcase Baru 07 - Bayi Hiu
album_CBC23764_8640_4F27_41DD_94A4A0B2BEB4_0.label = IMG_20201027_130336
album_CBC23764_8640_4F27_41DD_94A4A0B2BEB4_1.label = IMG_20201027_130358
album_CBC23764_8640_4F27_41DD_94A4A0B2BEB4_2.label = IMG_20201027_130408
album_CBC23764_8640_4F27_41DD_94A4A0B2BEB4_3.label = IMG_20201027_130553
album_CBC23764_8640_4F27_41DD_94A4A0B2BEB4_4.label = IMG_20201027_130606
album_CBD10D90_8640_43FF_41DE_83E6F5BC7B92.label = Info ikan batu
album_CBD10D90_8640_43FF_41DE_83E6F5BC7B92_0.label = IMG_20201027_130633
album_CBD10D90_8640_43FF_41DE_83E6F5BC7B92_1.label = IMG_20201027_130646
album_CBD10D90_8640_43FF_41DE_83E6F5BC7B92_2.label = IMG_20201027_130725
album_CC832128_8640_432F_41C1_7906952C0E0C.label = Info Showcase Baru 13 - Katak 4
album_CC832128_8640_432F_41C1_7906952C0E0C_0.label = IMG_20201027_131815
album_CC832128_8640_432F_41C1_7906952C0E0C_1.label = IMG_20201027_131826
album_CC832128_8640_432F_41C1_7906952C0E0C_2.label = IMG_20201027_131834
album_CCF85D95_8641_C3E1_41C9_BE56CC7E809F.label = Info Showcase Baru 11 - Katak Swikee
album_CCF85D95_8641_C3E1_41C9_BE56CC7E809F_0.label = IMG_20201027_131534
album_CCF85D95_8641_C3E1_41C9_BE56CC7E809F_1.label = IMG_20201027_131541
album_CCF85D95_8641_C3E1_41C9_BE56CC7E809F_2.label = IMG_20201027_131603
album_CCF85D95_8641_C3E1_41C9_BE56CC7E809F_3.label = IMG_20201027_131615
album_CD087CAC_86C0_4127_41DF_371EE803E2B5.label = Info Buku 6
album_CD087CAC_86C0_4127_41DF_371EE803E2B5_0.label = IMG_20201027_135446
album_CD1FB5F4_86C0_C327_41D7_463A6B3AB397.label = Info Kerangka Rusa
album_CD1FB5F4_86C0_C327_41D7_463A6B3AB397_0.label = IMG_20201027_132529
album_CD1FB5F4_86C0_C327_41D7_463A6B3AB397_1.label = IMG_20201027_132622
album_CD1FB5F4_86C0_C327_41D7_463A6B3AB397_2.label = IMG_20201027_132721
album_CD1FB5F4_86C0_C327_41D7_463A6B3AB397_3.label = IMG_20201027_132749
album_CD27120C_86C0_40E7_41C7_0B3338F50251.label = Info Buku 1
album_CD292259_8640_C161_41D9_953D910EDC79.label = Info Showcase Baru 09 - Ular
album_CD292259_8640_C161_41D9_953D910EDC79_0.label = IMG_20201027_131038
album_CD292259_8640_C161_41D9_953D910EDC79_1.label = IMG_20201027_131053
album_CD292259_8640_C161_41D9_953D910EDC79_2.label = IMG_20201027_131117
album_CD40FE5B_86C1_C161_4195_97C78201E368.label = Info Buku 3
album_CD40FE5B_86C1_C161_4195_97C78201E368_0.label = IMG_20201027_135346
album_CD4A939A_86C0_C7E3_41C2_CE7BC42C05E4.label = Info Buku 4
album_CD4A939A_86C0_C7E3_41C2_CE7BC42C05E4_0.label = IMG_20201027_135421
album_CD6D4224_86C0_C127_41DF_15FB6343591F.label = Info Buku 2
album_CD6D4224_86C0_C127_41DF_15FB6343591F_0.label = IMG_20201027_135303
album_CDD94333_8641_C721_41DF_FF62A77E59E0.label = Info Showcase Baru 10 - Ular 2
album_CDD94333_8641_C721_41DF_FF62A77E59E0_0.label = IMG_20201027_131259
album_CDD94333_8641_C721_41DF_FF62A77E59E0_1.label = IMG_20201027_131401
album_CDD94333_8641_C721_41DF_FF62A77E59E0_2.label = IMG_20201027_131422
album_CDD94333_8641_C721_41DF_FF62A77E59E0_3.label = IMG_20201027_131449
album_CF2A3989_9444_6F4D_41D7_872BBA854727.label = Artikulasi rangka tengkorak ikan kakap putih
album_CF2A3989_9444_6F4D_41D7_872BBA854727_0.label = Artikulasi rangka tengkorak ikan kakap putih
album_CF2A3989_9444_6F4D_41D7_872BBA854727_1.label = IMG20180925132001
album_D39AFEAB_F691_67E9_41C1_B499466EB293.label = Museum Info
album_D39AFEAB_F691_67E9_41C1_B499466EB293_0.label = IMG_20201027_104653
album_D39AFEAB_F691_67E9_41C1_B499466EB293_1.label = IMG_20201027_104940
album_D39AFEAB_F691_67E9_41C1_B499466EB293_2.label = IMG_20201027_105232
album_D39AFEAB_F691_67E9_41C1_B499466EB293_3.label = IMG_20201027_105853
album_D39AFEAB_F691_67E9_41C1_B499466EB293_4.label = IMG_20201027_111219
album_D39AFEAB_F691_67E9_41C1_B499466EB293_5.label = IMG_20201027_112541
album_D39AFEAB_F691_67E9_41C1_B499466EB293_6.label = IMG_20201027_130633
album_D39AFEAB_F691_67E9_41C1_B499466EB293_7.label = IMG_20201027_131603
album_D39AFEAB_F691_67E9_41C1_B499466EB293_8.label = IMG_20201027_132529
album_DD184974_95CC_EFDB_41DC_757FDD682524.label = Koleksi Ikan
album_DD184974_95CC_EFDB_41DC_757FDD682524_0.label = IMG_20201012_145000
album_F9E56F68_EB91_6697_41D3_ECE9B796BEEE.label = Koleksi Buku-buku
album_F9E56F68_EB91_6697_41D3_ECE9B796BEEE_0.label = IMG_20201027_135231
album_F9E56F68_EB91_6697_41D3_ECE9B796BEEE_1.label = IMG_20201027_135303
album_F9E56F68_EB91_6697_41D3_ECE9B796BEEE_2.label = IMG_20201027_135346
album_F9E56F68_EB91_6697_41D3_ECE9B796BEEE_3.label = IMG_20201027_135421
album_F9E56F68_EB91_6697_41D3_ECE9B796BEEE_4.label = Buku reptil
album_F9E56F68_EB91_6697_41D3_ECE9B796BEEE_5.label = IMG_20201027_135446
panorama_2435A269_A6B5_1331_41DE_553DC894C42E.label = 10 - Tempat koleksi buku-buku
panorama_339E0276_3F74_2D92_4180_2A4844F1D31C.label = 9
panorama_339E3D4A_3F74_17F2_41B6_C4D72D1A7976.label = 6
panorama_339E6669_3F74_15BE_41B9_2198EF7C8D83.label = 8
panorama_3C06BB85_7E40_47E1_41D0_AA0B547CF9A7.label = 4
panorama_3D463370_7E40_C73F_41DF_33EDD417A536.label = 2
panorama_3D4809E4_7E40_4327_41CF_9D4AA4890A77.label = 3
panorama_42915BB1_7E40_C721_41C6_95B1F2560BCB.label = Pintu Masuk
panorama_42F78C36_7E43_C123_41B5_CF88809F9EBE.label = 1
panorama_D3599FC8_89D9_05B8_41D3_40528FC9FDAF.label = 5
photo_04464E32_1E89_4645_41A9_A00AA802AF82.label = IMG_20201027_132955
photo_04464E32_1E89_4645_41A9_A00AA802AF82.label = IMG_20201027_132955
photo_05E40693_1E89_464B_41B7_0FB39641CC9C.label = IMG_20201027_133100
photo_05E40693_1E89_464B_41B7_0FB39641CC9C.label = IMG_20201027_133100
photo_05E40C1F_1E8A_CA7B_41BB_17ED035083F3.label = IMG_20201027_133152
photo_05E40C1F_1E8A_CA7B_41BB_17ED035083F3.label = IMG_20201027_133152
photo_218DD385_9EDB_3DA8_41C0_5D069344AB43.label = IMG_20201027_135231
photo_218DD385_9EDB_3DA8_41C0_5D069344AB43.label = IMG_20201027_135231
photo_3EEC29F5_7EC0_C321_41B9_442C7F0078FB.label = IMG_20201027_105123
photo_3FFEBA79_7EC0_C121_41C6_A67C03E5F7BE.label = IMG_20201027_105148
photo_512DEED6_4B9B_CE5A_41B7_4AAC726FCF1E.label = IMG_20201012_144337
photo_51322F28_4B9B_CFF6_41B3_CE7305830834.label = IMG_20201012_144312
photo_5630A8FD_4B98_324E_41B7_92BD860E1123.label = IMG_20201012_144254
photo_C4FD99BE_8244_BEA7_4177_E313D16943E4.label = IMG_20201012_144529
photo_C4FD99BE_8244_BEA7_4177_E313D16943E4.label = IMG_20201012_144529
photo_C6396B55_8640_4761_41DC_9639833685CA.label = IMG_20201027_111340
photo_C6396B55_8640_4761_41DC_9639833685CA.label = IMG_20201027_111340
photo_CF167678_947C_25CB_41AF_8DD5AF5E632C.label = Spesimen tertua_Micropternus brachyurus brachyurus
photo_CF167678_947C_25CB_41AF_8DD5AF5E632C.label = Spesimen tertua_Micropternus brachyurus brachyurus
photo_CFAC8C1E_947C_2547_4194_82883A35338D.label = Burung air_pecuk ular
photo_CFAC8C1E_947C_2547_4194_82883A35338D.label = Burung air_pecuk ular
photo_D1B9D4E8_95C4_E6CC_41E0_B86F6D214542.label = Koleksi Kadal
photo_D1B9D4E8_95C4_E6CC_41E0_B86F6D214542.label = Koleksi Kadal
photo_D4DA9543_F68E_FA99_41E7_82E6EBED05F6.label = IMG_20201012_135915
photo_D4DA9543_F68E_FA99_41E7_82E6EBED05F6.label = IMG_20201012_135915
photo_D7047236_F6F1_7EFB_41E9_B89625ACABD5.label = IMG_20201012_150253
photo_D7047236_F6F1_7EFB_41E9_B89625ACABD5.label = IMG_20201012_150253
photo_D704E612_F68E_A6BB_41E3_D4FF028FA1D7.label = IMG_20201012_150000
photo_D704E612_F68E_A6BB_41E3_D4FF028FA1D7.label = IMG_20201012_150000
video_DE2723C9_8EDB_3DB8_41D1_AB512592D9DB.label = Zoologi Video
## Action
### URL
LinkBehaviour_083F0B3A_2B30_33F1_41C7_4330F62B6B6B.source = http://museum-zoologi.sith.itb.ac.id/
LinkBehaviour_73CF065E_3B94_ED4E_41C7_78D185A191C9.source = http://museum-zoologi.sith.itb.ac.id/
LinkBehaviour_73CF165E_3B94_ED4E_419D_294E35566118.source = http://museum-zoologi.sith.itb.ac.id/
LinkBehaviour_A4B09DA8_84C9_2A0C_41DC_1243B0ACA28A.source = http://museum-zoologi.sith.itb.ac.id/